Langkah-langkah Menciptakan Tempat Kerja yang Sehat Bagi Mental

By , Selasa, 14 November 2017 | 15:00 WIB

Kesehatan mental sudah lama menjadi hal yang terabaikan dalam perawatan kesehatan: dibiarkan kembang kempis eksistensinya sementara limpahan dana dan perhatian melenggang ke tempat lain. Ketika kita memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia setiap bulan Oktober, tampak jelas bahwa para pembuat kebijakan dan khalayak mulai menyadari bahwa tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental. Pergeseran ini sangat diperlukan.

Diperkirakan satu dari empat orang di seluruh dunia mengalami problem kesehatan jiwa pada satu titik dalam kehidupan mereka. Angka ini saja mungkin sudah mengkhawatirkan tetapi tidak mencerminkan secara memadai penderitaan manusia, isolasi, hilangnya produktivitas, hambatan bagi pembangunan manusia, dan pembangunan umum bagi negara.

Bagi perorangan, kesehatan mental yang buruk bisa mengisolasi, meletihkan dan kadang-kadang membawa mati, tetapi ia juga memakan korban lebih luas dalam organisasi dan bisnis di seluruh dunia. Kita mungkin berpikir bahwa dunia korporat tentu gesit dalam menangani isu yang mengancam pertumbuhan dan laba. Bagaimanapun juga, walaupun fenomena umum ini menguras perekonomian melalui seringnya kemangkiran dan biaya perawatan kesehatan, tabu yang tak kunjung hilang di sekitar kesehatan mental memperlambat ditemukannya solusi untuk dunia bisnis, persis yang terjadi di tingkat perorangan dan pemerintahan.

Manfaat finansial

Mestinya itu tidak akan sulit-sulit amat. Semakin banyak organisasi-organisasi di seluruh dunia yang kini mendukung investasi demi para pekerja yang sehat secara mental sebagai suatu langkah masuk akal untuk menciptakan bisnis yang baik.

(Baca juga: Semakin Lama Kita Duduk, Semakin Tinggi Risiko Kematian)

Langkah ini bisa menurunkan biaya medis total, meningkatkan produktivitas, mengurangi jumlah hari-hari sakit, biaya ketidakmampuan, dan lain sebagainya. Dari perspektif investor dan pemimpin perusahaan hal itu sama saja dengan soal kinerja keuangan yang lebih baik dan reputasi yang mengemuka, dengan keuntungan tambahan pekerja yang lebih bahagia, lebih termotivasi dan lebih terlibat.

Pada kenyataannya, tiap perusahaan sampai pada kesimpulan ini dari sudut yang agak berbeda. Sebagai bagian dari kerja Dewan Agenda Global untuk Kesehatan Mental dari Forum Ekonomi Dunia, 23 studi kasus keorganisasian korporat global tentang strategi-strategi kesehatan dikumpulkan dan dianalisis. Analisis atas investasi para pemimpin korporat global dalam kesehatan mental di tempat kerja mereka tersebut tidak mengungkapkan adanya motivasi tunggal. Justru, beberapa cenderung bekerja dalam kombinasi.

  1. Pekerja yang sehat dan bahagia tenyata lebih produktif dan itu bagus bagi bisnis dan dengan demikian melindungi kesehatan mental pegawai adalah sesuatu yang sangat masuk akal bagi bisnis.

  2. Itu “hal yang benar” untuk dilakukan.

  3. Ada manfaat-manfaat yang jelas bagi organisasi dari keterlibatan dan loyalitas pegawai berkenaan dengan reputasi keorganisasian yang lebih luas.

  4. Mengelola biaya dan beban kesehatan yang buruk (termasuk kesehatan mental yang buruk) para pegawai adalah hal masuk akal.

Cara mengatasi

Ada semakin banyak bukti tentang biaya ekonomi terkait kesehatan mental di tempat kerja. Ini bisa meliputi kemangkiran dan kehadiran—di mana staf menghabiskan waktu terlalu lama di tempat kerja walaupun sakit—maupun biaya lebih luas berkait keluarnya pegawai dan perekrutan pegawai. Kami juga mempunyai semakin banyak bukti bahwa ada hal-hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk menangani faktor-faktor risiko dan membangun ketahanan untuk mengatasi dan mengelola stres pegawai.

(Baca juga: Hal yang Patut Kita Tiru dari Negara Paling Bahagia di Dunia)