Gereja Ganjuran, Bentuk Akulturasi Jawa, Hindu-Buddha dan Eropa

By , Jumat, 24 November 2017 | 12:00 WIB

Sembilan puluh tiga tahun silam atau tepatnya 1924, sepasang bersaudara Joseph Ignaz Julius Maria Schmutzer dan Julius Robert Anton Maria Schmutzer mendirikan sebuah gereja di Ganjuran, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, sekitar 17 kilometer sebelah selatan Kota Yogyakarta.

Gereja Katolik Roma ini diberi nama Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, tapi terkenal juga sebagai Gereja Ganjuran

Schmutzer bersaudara yang keturunan Belanda ini bukanlah pastur. Mereka adalah pengelola pabrik gula Gondang Lipuro di Ganjuran. Dibantu J Yh Van Oyen, arsitek asal Belanda, Schmutzer membangun gereja sebagai wujud sosial mereka terhadap warga sekitar pabrik, khususnya bagi karyawan pabrik gula.

(Baca juga : Gereja Terunik di Dunia Berbentuk Sepatu Kaca)

“Cikal bakal Katolik di Gereja Ganjuran…ya, para pekerja pabrik gula itu,” tutur Windu Hadi Kuntoro, pengurus Gereja Ganjuran memulai ceritanya. Sebelumnya, kata wiraswastawan berusia 43 tahun ini, Schmutzer bersaudara juga mendirikan volksschool (sekolah rakyat) sejak 1919.

“Sejak itu banyak orang di Ganjuran ini mendapatkan ajaran tentang gereja, tentang Katolik, dan akhirnya banyak orang yang dibaptis,” Windu mengisahkan. Jika dulu, di awal-awal Gereja Ganjuran dibangun hanya ada 25 orang penganut Katolik, maka kini jumlah itu hampir mendekati 10.000.

Dari sisi sosial dan budaya, gereja memang diutus untuk menjadi berkat bagi sesama dan siapapun. Dengan berdirinya sebuah gereja, sebuah tatanan kehidupan manusia dengan nilai-nilai toleransi diharapkan dapat tumbuh dan hidup. Umat pun dapat mencegah dan terhindar dari berbagai konflik hingga ke akar-akarnya.

Pada 1927, Schmutzer bersaudara melengkapi kompleks gereja ini dengan membuat sebuah candi setinggi 10 meter yang juga dinamai Candi Hati Kudus Tuhan Yesus. Candi bercorak Hindu ini dibangun sebagai rasa syukur Schmutzer atas keberhasilan mengelola pabrik gula. Seperti candi-candi pada umumnya, candi ini juga berhiaskan relief bunga teratai dan memiliki relung.

(Baca juga: Merawat Keberagaman, Masjid dan Gereja Berbagi Tembok Selama 50 Tahun)

Jika di relung candi umumnya terdapat patung Buddha atau arca Hindu, Lingga Yoni, maka di relung Candi Hati Kudus Tuhan Yesus ini terdapat patung Yesus yang sedang duduk. Patung Yesus ini berparas Jawa, dengan pakaian adat Jawa, dan berambut seperti pendeta Hindu dengan mahkota di kepalanya.

Dari tahun ke tahun, gereja Ganjuran ini mengalami beberapa kali pemugaran. Namun, pada Mei 2006, kompleks gereja seluas 2,5 hektar ini tidak dapat menghindar dari gempa bumi yang menghancurkan Kabupaten Bantul. Gereja kemudian dibangun dan direnovasi ulang. 

Jika kita berkunjung ke Gereja Ganjuran saat ini maka kita akan melihat sebuah bangunan kompleks gereja—yang di dalamnya juga terdapat candi, pastoran, klinik, sekolah, termasuk area parkir—dengan perpaduan arsitektur bergaya Eropa, Jawa, dan Hindu-Buddha.

Gaya Eropa terlihat pada bangunan berbentuk salib jika terlihat dari udara. Atap gereja yang berbentuk tajug (piramida) dihiasi dengan salib besar.