Studi Terbaru Ungkap Bagaimana Virus Corona Bisa Merusak Ginjal

By Utomo Priyambodo, Kamis, 13 Januari 2022 | 14:00 WIB
Ilustrasi ginjal. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id—COVID-19 memang dikenal sebagai penyakit pernapasan. Namun penyakit akibat virus corona ini selain bisa berdampak pada paru-paru, juga bisa berdampak pada organ-organ yang lain.

Salah satu organ tubuh lainnya yang bisa terpengaruh oleh COVID-10 adalah ginjal. Sebuah studi baru-baru ini akhirnya menemukan bagaimana virus corona meyerang dan mempengaruhi ginjal.

Studi ini menemukan bahwa SARS-CoV-2 dapat langsung menginfeksi dan merusak ginjal dengan menyebabkan jaringan parut. Menurut laporan studi yang telah terbit jurnal Cell Stem Cell ini, jaringan parut yang dihasilkan dapat memiliki dampak jangka panjang pada fungsi ginjal.

Kemampuan virus corona untuk mengikat dan menginfeksi sel-sel ginjal adalah berita lama. Namun studi terbaru ini berhasil memberikan rincian yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya menyebabkan kerusakan ginjal berkepanjangan yang masih belum diketahui oleh para ilmuwan.

Temuan terbaru ini memberikan "potongan teka-teki" lainnya, kata Jitske Jansen, peneliti dari Radboud University Medical Center yang menjadi peneliti utama dalam studi ini, seperti dilansir IFL Science.

Baca Juga: Varian Baru Virus Corona dengan 46 Mutasi Teridentifikasi di Prancis

Pada tahun 2020, sebuah penelitian menemukan bahwa hingga 50 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami gagal ginjal. Selain itu, hingga 10 persen di antara mereka memerlukan dialisis.

Tahun lalu, sebuah penelitian terhadap hampir 90.000 penyintas COVID-19 menemukan bahwa mereka berisiko lebih besar mengalami kerusakan ginjal daripada orang-orang yang tidak pernah menderita COVID.

"Penelitian kami menunjukkan jaringan parut ginjal pada pasien COVID-19, yang memberikan penjelasan mengapa virus dapat menyebabkan penurunan fungsional ginjal seperti yang ditunjukkan dalam penelitian-penelitian lain," kata Katharina Reimer dari RWTH Aachen Uniklinik yang juga turut terlibat dalam studi ini.

Dalam stud terbaru ini, tim mengumpulkan sampel jaringan dari 62 pasien COVID-19 yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol –pasien-pasien ICU dengan infeksi paru-paru yang tidak terkait COVID-19 dan sekelompok orang sehat– jaringan dari para pasien COVID-19 menunjukkan jaringan parut yang jauh lebih banyak.

Untuk mengidentifikasi apakah kerusakan jaringan tersebut secara langsung disebabkan oleh virus corona, sebagai lawan dari peradangan atau efek sistemik lainnya, tim menciptakan "ginjal-ginjal mini". Ginjal-ginjal mini yang disebut sebagai "organoid" ini dibiakkan di laboratorium dari sel-sel punca, yang mengandung berbagai jenis sel-sel ginjal, dengan pengecualian sel-sel imun.

Setelah terinfeksi SARS-CoV-2, ginjal-ginjal mini ini, seperti jaringan pasien COVID-19, mengalami bekas luka. Tim juga menemukan bukti molekul-molekul sinyal yang diketahui terlibat dalam proses jaringan parut.

"Dalam penelitian kami, kami menyelidiki secara menyeluruh efek merusak kausal dari virus corona pada ginjal. [Kami] menunjukkan bahwa virus itu secara langsung menyebabkan kerusakan sel, terlepas dari sistem kekebalan tubuh," papar Jansen.

Semua ini sangat menunjukkan bahwa virus itu sendiri secara langsung bertanggung jawab atas kerusakan jaringan yang diamati.

Fibrosis ginjal (jaringan parut) dapat memiliki implikasi kesehatan jangka panjang yang serius, kata Reimer. Ia juga menambahkan bahwa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu lebih banyak atas proses jaringan parut akibat virus corona ini.

"Studi tindak lanjut jangka panjang akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang patologi terkait ginjal yang disebabkan oleh SARS-CoV-2," pungkasnya.

Baca Juga: Varian Omicron Ditemukan di Luar Afrika, Apa yang Ilmuwan Ketahui?