Trauma di Masa Kecil Berdampak pada Perilaku Kecanduan Saat Dewasa

By Hanny Nur Fadhilah, Sabtu, 15 Januari 2022 | 11:00 WIB
Ilustrasi seseorang mengalami trauma. (Shutterstock via Live Science)

Baca Juga: Menghabiskan Waktu di Alam Dapat Menyembuhkan Trauma 

Individu lain yang mengalami trauma mungkin memiliki reaksi yang berbeda. Perlu diingat, sekali lagi reaksi ini bisa berbeda-beda pada setiap individu tergantung dari jenis trauma, durasi trauma, usia terjadinya, dan karakteristik biologis individu. Daripada hyperarousal, beberapa individu melindungi diri mereka sendiri selama pengalaman traumatis yang berkepanjangan dengan memisahkan atau menggunakan strategi depersonalisasi. Orang-orang ini mungkin merasa mati rasa, terlepas, dan tanpa emosi secara kronis.

Kokain, amfetamin, obat-obatan sintetis, dan nikotin memiliki efek intoksikasi yang merangsang yang menghasilkan energi dan kewaspadaan. Selain itu, aktivitas seperti nonsuicidal self-injury, seks, dan game dapat menyentak individu dari keadaan mati rasa dan memungkinkan mereka merasakan sensasi (walaupun sementara dan juga memperburuk masalah aslinya).

Dengan demikian, individu dengan riwayat trauma mungkin lebih rentan terhadap kecanduan karena sifat pengubah suasana hati dari penyalahgunaan obat dan perilaku yang bermanfaat. Memang, perilaku adiktif mungkin merupakan upaya terbaik individu untuk mengatasi efek biologis dan neurobiologis trauma masa kanak-kanak, yang dapat mencakup hyperarousal atau depersonalisasi.

Mengingat hubungan yang kompleks ini, konseptualisasi dan pengobatan kecanduan memerlukan perspektif informasi trauma untuk mengatasi pengalaman trauma dan perilaku adiktif secara bersamaan.