Mempertaruhkan Hidup Demi Kelestarian Batik Tiga Negeri

By , Rabu, 17 Januari 2018 | 17:30 WIB

Baca juga: "Berhenti Berteman" dengan Seseorang di Facebook pun Ada Waktunya

Tiga tahun adalah lamanya waktu yang mereka harus bayar untuk dapat memahami bisnis batik ini dengan baik.

Dalam tiga tahun tersebutlah Rudi menyadari bahwa bisnis batik tidak sama dengan bisnis lainnya. Kaderisasi sangat diperlukan dalam dunia batik. Tidak semua orang mampu menjadi pembatik yang baik.

Mereka pun melakukan kaderisasi terhadap anak-anak muda yang baru saja lulus sekolah. Tidak perlu mencari jauh-jauh, anak-anak tersebut adalah anak dari para pekerja di rumah batik Kidang Mas.

“Mengelola itu semua adalah hal yang rumit, jika dikerjakan tanpa hati. Sampai saat ini kami merasa bersyukur, kami masih bisa bertahan dan sudah berjalan sesuai jalurnya. Walaupun belum mencapai target 100%,” tutur Rudi.

Suasana bengkel kerja Batik Kidang Mas. Sebagian pembatik sudah bekerja puluhan tahun di sana. (Feri Latief)

Melestarikan Batik Tiga Negeri

Batik Tiga Negeri adalah batik perpaduan tiga daerah: Lasem, Pekalongan dan Solo. Tiga daerah ini pun memiliki warna masing-masing, yaitu Merah yang mewakili Lasem, Indigo mewakili Pekalongan, dan Sogan mewakili Solo.

Batik ini memiliki motif dan warna perpaduan tiga daerah penghasil batik; Lasem untuk warna merah, Pekalongan untuk warna indigo dan Solo untuk warna sogan. (Feri Latief)

Proses produksi yang rumit membuat batik ini menjadi kian langka. Bayangkan saja, proses pewarnaan harus dilakukan di tiga daerah yang berbeda tadi. Namun demi melestarikan batik yang langka diproduksi ini, proses tersebut sudah dihilangkan dan dikerjakan pada satu tempat saja.

Baca juga: Baterai "Ngedrop" Kini Dapat Dipulihkan

Kini ia mulai berpikir untuk  membuat pernak pernik dari batik, seperti dompet, tas, sandal dan sepatu. Namun keinginan ini mengalami sedikit hambatan karena terbatasnya tenaga kerja kreatif di Lasem. Walau demikian, bila kaderisasi yang telah dilakukan dapat berjalan dengan lancar, keinginan Rudi tentu dapat terwujud.

Seperti kata Rudi, untuk dapat bertahan dalam bisnis batik, kreatifitas dan "hati" sangat diperlukan. Bukan hanya sekadar untuk keperluan pemasaran, namun juga untuk menjaga keberlangsungan Batik Tiga Negeri.