Tempat Berkembang Biak Ikan Terbesar Dunia. Hampir Seluas Kota Serang

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 18 Januari 2022 | 11:00 WIB
Sarang ikan es Neopagetopsis ionah banyak ditemukan di Laut Weddell, Antarktika. Tempat berkembang biak terbesar di dunia ini menjadi dorongan untuk membuat kawasan konservasi laut di sana. (AWI OFOBS Team)

Nationalgeographic.co.id—Februari tahun lalu, sekelompok peneliti Jerman di Antarktika menjelajahi dasar laut, di dekat Lapisan Es Filchner. Mereka mendapati adanya sarang dan tempat berkembang biak terbesar di dunia, yang diperkirakan dihuni oleh 60 juta ikan es pada kedalaman 535 hingga 420 meter di bawah kapal.

Tim makalah yang dipimpin Autun Purser dari Helmholtz Centre for Polar and Marine Resarch di Alfred Wegener Institute (AWI) itu segera memetakannya. Hasilnya, luas total tempat berkembang biaknya ikan di lokasi adalah 240 kilometer persegi, atau hampir seluas Kota Serang, Banten (266 kilometer persegi).

Laporan ini mereka terbitkan di jurnal Current Biology, Kamis (13/01/2022). Para peneliti kemudian menyelidiki bahwa sarang tempat berkembang biak setiap lokasi di dalamnya rata-rata luasnya tiga meter persegi, dan setiap meternya setidaknya ada satu hingga dua sarang aktif.

"Gagasan bahwa area berkembang biak ikan es yang begitu besar di Laut Wedell sebelumnya belum ditemukan, benar-benar menarik," kata Purser yang juga seorang pakar kelautan. Ujarnya, sejauh ini hanya individu Neopagetopsis ionah (ikan es Jonah) dan sekelompok kecil sarang saja yang ditemukan di sana.

Baca Juga: Kehidupan Tak Terduga Ditemukan Jauh di Bawah Lapisan Es Antarktika

Temuan ini menggembirakan para peneliti, karena dapat berguna sebagai pendorong pembentukan Kawasan Konservasi Laut sektor Atlantik di Samudra Selatan yang digadangkan PBB. Belum lagi sebelumnya Uni Eropa dan beberapa NGO menyerukan adanya kawasan perlindugan ikan di daerah Samudra Selatan yang harus diperluas 30 persen pada 2030. AWI pun termasuk sebagai institusi akademik yang menyerukan dorongan itu sejak 2016.

Antje Boetius, direktur AWI dan profesor bidang biologi laut yang tidak terlibat dalam penelitian ini menanggapi temuan ini sebagai tanda dukungan pembangunan konservasi laut.

"Mengingat betapa sedikitnya Laut Wedell Antarktika yang diketahui, ini semakin menekankan perlunya upaya internasional untuk membantuk Kawasan Konservasi Laut (KKL)," ujarnya yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Sayangnya, KKL Laut Wedell masih belum diadopsi secara bulat oleh CCAMLR (Conservation of Antarctic Marine Living Resources). Tetapi sekarang setelah lokasi koloni pengembangbiakan yang luar biasa ini diketahui, Jerman dan anggota CCAMLR lainnya harus memastikan bahwa tidak ada penangkapan ikan dan hanya penelitian non-invasif yang dilakukan di sana di masa mendatang," lanjutnya.

"Sejauh ini terpencilnya dan sulitnya kondisi es di wilayah paling selatan Laut Weddell ini telah melindungi wilayah tersebut, tetapi dengan peningkatan pada lautan dan wilayah kutub, kita harus jauh lebih ambisius dengan konservasi laut."

Proyek penjelajahan ini menggunakan kapal pemecah es yang beroperasi sejak 1980-an. Pemgamatan mereka dilakukan dengan Sistem Pengamatan Lantau Laut dan Batimetri (OFOBS), yang merupakan peluncur kamera untuk mengemati dasar laut dari lingkungan ekstrem, seperti laut yang tertutup es. Kemudian, serat optik khusus dan kabel listrik akan mengirimkan gambar untuk pemantauan.