Mengukur Radiasi Bencana Nuklir Fukushima Setelah Tujuh Tahun

By , Senin, 12 Maret 2018 | 14:00 WIB

Pada 2015, Watanabe didiagnosis mengidap kanker tiroid dan ia yakin radiasi lah penyebabnya.

“Sebagai ilmuwan, potensi kanker disebabkan oleh bencana nuklir Fukushima mungkin 50-50. Namun, di hati yang paling dalam, saya yakin radiasi penyebab utama kanker tiroid saya,” papar Watanabe.

Ia berhasil selamat dari kanker dan saat ini dalam keadaan sehat. Namun, Watanabe khawatir dengan murid-muridnya yang mungkin juga terkena dampak radiasi. “Jika tidak ada orang-orang seperti kami yang terus mengukur radiasi, bahayanya mungkin akan terlupakan,” katanya.

Tiga ribu perangkat

Safecast telah memiliki 3000 perangkat Geiger saat ini dan berhasil mengumpulkan data dari 90 negara. Alatnya tersedia dalam satu paket sehingga para relawan bisa membelinya dari orang ketiga, lalu merakitnya sendiri di rumah. Jika ada keganjilan, pihak Safecast akan memeriksanya.

Data radiasinya terbuka untuk umum dan digunakan untuk mempelajari segala hal. Mulai dari punahnya satwa liar hingga bagaimana orang-orang bergerak di sekitar kota. Franken mengatakan, data Safecast merupakan pelengkap dari pengukuran resmi. Namun, hasil pembacaannya lebih relevan dengan kehidupan masyarakat.

(Baca juga: Kamera Generasi Mendatang Bisa Menembus Tembok)

Ia yakin, Safecast membantu menyadarkan pemerintah Jepang  mengenai pentingnya transparasi dan keterbukaan untuk menciptakan kepercayaan masyarakat.

“Ini membuktikan bahwa penduduk pun bisa jadi ilmuwan. Anda tidak bisa mencegah atau mengabaikannya. Para relawan kami memutuskan untuk mengukur sendiri tingkat radiasi di sekitar sekolah, tempat kerja, dan rumah mereka,” papar Franken.

Lembaga nonprofit ini sedang mengembangkan teknologinya sehingga diharapkan bisa mengukur tingkat polusi udara.