Es Laut Kutub Utara Berada di Rekor Terendah Kedua

By , Selasa, 27 Maret 2018 | 11:00 WIB

Misalnya, lubang besar di es yang terbuka di atas Greenland tertutup agak cepat setelah panas mereda. Namun, para pejabat NASA mengatakan es baru itu lebih tipis dan kurang stabil, dan lebih rentan terhadap apa pun jika dihantam lagi oleh suhu hangat.

Artikel terkait: Es Kutub Utara Mencair, Mamalia Hadapi Tantangan Baru

"Kami baru saja melihat beberapa hal di masa lalu dan mampu menunjukkan bahwa periode hangat yang ekstrem telah terjadi sebelumnya di Arktik, bahkan 100 tahun lalu," kata Petty. "Namun, apa yang kami lihat adalah bahwa ada peningkatan frekuensi insiden ini; periode ini berlangsung lebih lama, dan dampaknya terhadap es laut bahkan lebih besar. Badai hanya menggerogoti es laut lebih dari biasanya," ungkap Pretty.

Kuncinya, tentu saja, adalah bahwa semua penurunan es ini memiliki dampak yang tak terukur pada dunia—meningkatkan panas dan kelembaban di atmosfer, mengubah pencampuran dan sirkulasi laut Arktik, mempengaruhi apa dan di mana benda-benda hidup, bahkan mengubah sistem iklim global. Pergeseran ini hanya akan menjadi lebih buruk, kecuali manusia secara dramatis mengurangi emisi karbon dioksida dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas.

"Perubahan hanya akan menjadi lebih parah," kata Petty.