Penjelasan Ilmiah Mengapa Banyak Orang Meninggal Saat Berhubungan Seks

By Utomo Priyambodo, Minggu, 30 Januari 2022 | 10:00 WIB
Dorongan seks mengalami penurunan. (Motortion/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Ada banyak manfaat fisik dan psikologis yang bisa didapat dari seks. Mulai dari mengurangi tekanan darah tinggi, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, hingga membantu mendapatkan tidur yang lebih baik.

Aktivitas berhubungan seks dan orgasme melepaskan hormon oksitosin, yang disebut hormon cinta. Hormon ini penting dalam membangun kepercayaan dan ikatan di antara orang-orang.

Namun ada juga sisi gelap dari seks. Terkadang, ada orang-orang yang meninggal saat atau tak lama setelah berhubungan seks. Untungnya, insiden ini sangat rendah dan hanya menyumbang 0,6 persen dari semua kasus kematian mendadak.

David C. Gaze, dosen senior bidang patologi kimia di University of Westminster, menjelaskan dalam sebuah artikel di The Conversation mengenai beberapa alasan mengapa orang-orang bisa meninggal saat atau tak lama setelah berhubungan seks.

"Dalam kebanyakan kasus, ini disebabkan oleh ketegangan fisik dari aktivitas seksual, atau obat resep (obat untuk mengobati disfungsi ereksi, misalnya), atau obat-obatan terlarang, seperti kokain—atau keduanya," papar Gaze dalam kolom tulisan tersebut.

Baca Juga: Kata Sains soal Seks Oral: Air Mani Sebaiknya Ditelan atau Diludahkan?

Secara alamiah, risiko kematian jantung mendadak pada manusia akan lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Sebuah studi postmortem forensik dari Jerman terhadap 32.000 kematian mendadak selama periode 33 tahun menemukan bahwa 0,2 persen kasus terjadi selama aktivitas seksual.

"Kematian mendadak kebanyakan terjadi pada laki-laki (usia rata-rata 59 tahun) dan penyebab paling sering adalah serangan jantung, juga dikenal sebagai infark miokard. Studi kematian jantung mendadak dan aktivitas seksual dari AS, Prancis, dan Korea Selatan menunjukkan temuan serupa," beber Gaze.

Sebuah studi yang dibuat oleh para peneliti di St. George's, University of London, menemukan bahwa fenomena ini tidak hanya terbatas pada pria paruh baya. Penelitian yang hasilnya telah terbit di jurnal JAMA Cardiology itu menyelidiki kematian jantung mendadak pada 6.847 kasus yang dirujuk ke pusat patologi jantung di St. George's antara Januari 1994 dan Agustus 2020.

Dari jumlah tersebut, 17 kasus (0,2 persen) terjadi saat atau dalam satu jam setelah aktivitas seksual. Rata-rata usia kematian adalah 38 tahun, dan 35 persen kasus terjadi pada wanita.

Kematian ini biasanya tidak disebabkan oleh serangan jantung, seperti yang terlihat pada kalangan pria paruh baya atau tua. Dalam setengah kasus (53 persen), jantung secara struktural ditemukan normal tetapi irama jantung abnormal mendadak. Kondisi ini disebut sebagai sindrom kematian aritmia mendadak atau sudden arrhythmic death syndrome (SADS).

Baca Juga: Pertama Kali Terjadi, Demam Berdarah Ditularkan Lewat Hubungan Seks