23.000 Tahun yang Lalu, Banyak Pilihan Makanan untuk Manusia di Israel

By Wawan Setiawan, Minggu, 30 Januari 2022 | 13:00 WIB
Menggali lantai ‘gubuk sikat’ di situs Ohalo. (Dani Nadel)

Lantai gubuk sikat berusia 23.000 tahun, tempat orang-orang bermukim. (Dani Nadel)

Studi tersebut mengatakan bahwa, “Pelestarian yang sangat baik dari sisa-sisa fauna dan botani di situs tergenang air Ohalo II telah memberikan kesempatan unik untuk analisis rinci strategi subsisten selama Maksimum Glasial Terakhir (LGM), periode yang mencakup pergeseran dari Paleolitik Atas ke Epipaleolitik.”

Para penulis memeriksa lebih dari 20.000 sisa-sisa hewan, termasuk reptil, burung, dan mamalia, dari lantai gubuk semak yang terpelihara dengan baik di lokasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Ohalo II berhasil berburu hewan buruan besar yang prima, sekaligus mengumpulkan berbagai macam ikan, hewan kecil lainnya, dan tumbuhan.

Baca Juga: Kerangka Bayi Berusia 3.800 Tahun Ditemukan Terkubur Dalam Guci

Osilasi iklim selama Maksimum Glasial Terakhir (LGM) memiliki efek minimal di Lembah Yordan Atas, khususnya di sekitar Ohalo II, memungkinkan orang Ohalo II untuk memanfaatkan ceruk ekologis yang luas yang terdiri dari beragam tanaman yang dapat dimakan, mamalia, reptil, burung, dan ikan.

Menurut penulis, bukti ini tidak menunjukkan penurunan ketersediaan makanan, melainkan kelimpahan berbagai sumber mangsa. Mereka mengatakan bahwa sementara beberapa hewan dikumpulkan untuk diambil dagingnya, yang lain mungkin diburu untuk diambil kulitnya (misalnya: rubah, kelinci) atau cangkang (misalnya: kura-kura). Dari studi ini, tampaknya kondisi iklim yang berfluktuasi tidak menciptakan stres pangan, setidaknya di wilayah ini, melainkan peluang diet baru. Para peneliti berharap bahwa pekerjaan di Ohalo II ini akan menjadi model untuk penyelidikan serupa tentang perubahan pola makan manusia di lokasi dan periode waktu lain.