Nationalgeographic.co.id—Manusia adalah makhluk sosial, tetapi masih sedikit yang diketahui tentang kapan, bagaimana, dan mengapa populasi yang berbeda terhubung di masa lalu. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini sangatlah penting untuk menafsirkan keanekaragaman hayati dan budaya yang kita lihat dalam populasi manusia saat ini.
DNA adalah alat yang ampuh untuk mempelajari interaksi genetik antara populasi, tetapi tidak dapat mengatasi pertukaran budaya apa pun dalam pertemuan kuno ini. Para ilmuwan dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia kini telah beralih ke sumber informasi yang tidak terduga - manik-manik kulit telur burung unta - untuk menjelaskan jejaring sosial kuno. Dalam studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature pada 20 Desember 2021 berjudul Ostrich eggshell beads reveal 50,000-year-old social network in Africa, peneliti Drs. Jennifer Miller dan Yiming Wang melaporkan 50.000 tahun koneksi dan isolasi populasi, didorong oleh perubahan pola curah hujan, di Afrika bagian selatan dan timur.
Manik-manik kulit telur burung unta (OES / Ostrich eggshell) adalah artefak yang ideal untuk memahami hubungan sosial kuno. Mereka merupakan ornamen yang diproduksi sepenuhnya tertua di dunia, yang berarti bahwa alih-alih mengandalkan ukuran atau bentuk alami suatu barang, manusia sepenuhnya mengubah cangkang untuk menghasilkan manik-manik. Pembentukan ekstensif ini menciptakan banyak peluang untuk variasi gaya. Karena budaya yang berbeda menghasilkan manik-manik dengan gaya yang berbeda pula, aksesori prasejarah memberi peneliti cara untuk melacak hubungan budaya tersebut.
"Ini seperti mengikuti jejak remah roti," kata Miller, penulis utama studi tersebut. "Manik-manik itu adalah petunjuk, tersebar melintasi ruang dan waktu, hanya menunggu untuk diperhatikan." imbuhnya.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR