Nationalgeographic.co.id—Sekilas, panda raksasa terlihat seperti herbivora. Hewan ini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengonsumsi bambu. Namun, tubuh mereka tercipta seperti karnivora.
Sebuah studi memaparkan bahwa sekitar setengah dari kalori yang mereka konsumsi berasal dari protein.
Jumlah protein itu setara dengan serigala, kucing liar, dan hewan lain yang bergantung pada daging untuk bertahan hidup. Sedangkan herbivora, di sisi lain, memperoleh kurang dari seperempat kalori dari protein.
“Ini benar-benar mengagumkan,” kata David Raubenheimer, ahli ekologi nutrisi di Universitas Sydney yang melakukan penelitian. Panda raksasa tidak terlihat seperti herbivora apa pun namun sangat mirip dengan karnivora.
Dahulu kala, nenek moyang panda raksasa adalah omnivora. Mereka memakan hewan dan tumbuhan. Ini didukung oleh sistem pencernaan dan bakteri usus untuk melakukan metabolisme. Mereka memiliki reseptor rasa umami, untuk merasakan rasa gurih daging.
Tetapi antara 2,4 juta dan 2 juta tahun yang lalu, banyak hal mulai berubah. Gen untuk reseptor rasa umami panda raksasa menjadi tidak aktif. Rahang dan gigi mereka berevolusi untuk membantu mereka menghancurkan bambu. Tulang pergelangan tangan berubah menjadi “jempol semu” untuk membantu menggenggam batang tanaman kesukaan mereka.
Ilmuwan berteori, peralihan jenis makanan ini disebabkan karena jumlah tanaman bambu sangat melimpah. Ini membuat panda tidak harus bertarung dengan hewan lain untuk memperebutkan makanan. Bambu mengandung serat tinggi tetapi memiliki konsentrasi nutrisi yang rendah. Oleh karena itu, panda harus makan sebanyak 9-19 kg dalam sehari untuk bertahan hidup.
Raubenheimer dan rekan-rekannya mempelajari lebih lanjut tentang cara hidup herbivora ekstrem ini. Mereka memasang GPS pada dua panda raksasa dan mengikuti pergerakannya sepanjang tahun.
Dari pengintaian itu, para peneliti menemukan bahwa panda mengikuti protein. Antara bulan Agustus dan April, panda mencari makan di dataran rendah di Pegunungan Qinling Tiongkok.
Pada awal siklus, hewan ini memakan daun Bashania fargesii sampai mereka mendapat kesempatan untuk memakan pucuk muda. Pucuk muda ini mengandung lebih banyak protein. Semakin banyak tunas yang tumbuh, semakin banyak protein yang diencerkan oleh serat.
Baca Juga: Panda Tetap Gemuk Meski Hanya Makan Daun Bambu, Apa Rahasianya?
Hal itu mendorong panda untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi, tempat Fargesia qinlingensis tumbuh. Saat bertumbuh, pucuk berubah dari kaya protein menjadi kaya serat. Panda pun kembali beralih ke daun untuk menetralkannya. Para peneliti menemukan bahwa sekitar setengah dari kalori yang dimakan panda adalah dalam bentuk protein (48%). Itu hampir sama dengan kalori dari gabungan lemak dan karbohidrat (52%).
Meskipun panda mengunyah begitu banyak protein, para peneliti tidak berasumsi bahwa hewan tersebut benar-benar mencerna semuanya. Untuk membuktikannya, mereka menganalisis kotoran panda.
Rasio protein terhadap lemak dan karbohidrat dalam tinja sama atau lebih rendah dari rasio pada bambu. Itu berarti beruang menyerap dan menggunakan protein yang mereka cari dengan susah payah.
Kesukaan panda akan protein dimulai sejak awal kehidupan, saat mereka masih bayi dan menyusu. Para peneliti menganalisis susu panda dan menemukan bahwa sekitar 20% kalorinya hadir dalam bentuk protein. Itu hampir sama dengan karnivora yang hidup di darat.
Silvia Pineda-Munoz, seorang peneliti ekologi diet di Georgia Tech, mengatakan temuan menunjukkan bahwa panda banyak akal.
”Mereka bisa tahu persis ke mana dan kapan harus pergi untuk mendapatkan nutrisi terbaik yang disediakan ekosistem,” tuturnya.
Pekerjaan itu juga menunjukkan bahwa mengklasifikasikan hewan sebagai herbivora atau karnivora lebih kompleks daripada yang diperkirakan. "Ini bukan tentang apakah hewan memakan tumbuhan," katanya, "tetapi lebih kepada bagian dari tanaman yang dimakan."
Baca Juga: Upaya Konservasi Panda Ternyata Berdampak Buruk Bagi Spesies Lainnya