Dampak Penambangan di Kamerun: Nyawa dan Rusaknya Lingkungan

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 2 Mei 2018 | 19:17 WIB
Sekitar seratus lubang yang dalam bekas penambangan ditemukan di desa. (Reinnier Kaze)

Selama beberapa waktu, lahan di sekitar desa Longa Mali, Kamerun Timur, menjadi salah satu yang paling berharga di Afrika. Ia merupakan ‘mesin canggih’ yang menggerogoti tanah untuk mengambil emas murni.

Namun, saat ini, lahan tersebut sudah ditinggalkan, rusak dan berbahaya.

Sekitar seratus lubang yang dalam, ditemukan di desa. Kebanyakan dari mereka terisi air – memberikan risiko mematikan bagi anak-anak yang bermain di sana. Di lokasi lain, para penambang harus menghadapi risiko terkubur hidup-hidup saat mereka menggali lubang yang dalam dan sempit demi beberapa bintik emas.

Longa Mali merupakan satu dari puluhan tempat di Kamerun yang bergulat dengan ‘kuburan terbuka’ peninggalan perusahaan tambang. Istilah ini diberikan karena lubang bekas penambangan ini sering memakan korban.

Baca juga: 5 Fakta yang Harus Anda Ketahui Sebelum Berwisata ke Korea Utara

Menurut Forest and Rural Development (Foder), tahun lalu, setidaknya  ada 47 orang  yang meninggal di lokasi tambang di wilayah timur Kamerun.

Pada akhir Desember, sembilan orang berusia 18-32 tahun – termasuk wanita – tewas akibat longsor di desa Ngoe Ngoe saat mencari emas.

Eugene Phausard, pejabat di distrik Betare Oya, mendeskripsikan lokasi penambangan sebagai ‘danau kematian’. Lubang yang menganga terisi air dengan cepat setelah pompa penambangan dimatikan dan diangkut.

“Anak-anak sering berenang di sana. Mengabaikan bahaya bermain di air dengan kedalaman 30 meter,” katanya.

Perusahaan tambang

Ketika perusahaan tambang melihat biaya yang dikeluarkan melebihi laba yang didapat, mereka akan pindah ke tempat lain.

“Kegagalan untuk merehabilitasi lokasi yang ditinggalkan menjadi salah satu isu besar yang kita hadapi,” kata Gabriel Yadji, kepala wilayah kementerian pertambangan.