Dampak Penambangan di Kamerun: Nyawa dan Rusaknya Lingkungan

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 2 Mei 2018 | 19:17 WIB
Sekitar seratus lubang yang dalam bekas penambangan ditemukan di desa. (Reinnier Kaze)

Berdasarkan data Foder, empat perusahaan dilarang menambang di Kamerun Timur.

Penambang emas di Betare Oya, Kamerun. (Reinnier Kaze)

Selama puncak aktivitas antara 2011 hingga 2014, diketahui ada lebih dari 100 perusahaan tambang di wilayah tersebut. Kebanyakan berasal dari Tiongkok, Korea, Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan.

Secara resmi, 285 kilo emas digali dari Kamerun Timur pada 2017.

Berdampak pada lingkungan

Selain nyawa manusia, penambangan berlebihan telah menjadi ‘bencana ekologi’ bagi Kamerun.

Tanah yang terdegradasi, penggundulan hutan dan perubahan saluran air, telah menyapu bagian penting dari campuran ekologis.

“Orang-orang banyak yang memancing di wilayah pertambangan, padahal tidak ada ikan yang tersisa. Saluran air telah tertimbun lumpur,” kata Justin Chekoua, juru bicara Foder.

Baca juga: Kembali ke Masa Lalu: Mengenal Wajah Para Imigran Amerika Era 1917

Michel Pilo, kepala desa Mali, mengatakan, tidak ada lagi tanah yang bisa digarap. Tomat, pisang, dan singkong yang biasanya ditanam secara lokal, kini didapatkan dari tempat yang jauh. Wilayah yang biasanya digunakan untuk menanam telah dihancurkan untuk area pertambangan.

Perusahaan tambang tidak membangun sekolah, pusat kesehatan, atau jalan raya. Mereka hanya mengeksploitasi kami,” kata Pilo.

Distrik Betaye Oya seharusnya mengumpulkan lebih dari 1,6 juta dollar AS atau sekitar 22 milyar dari royalty perusahaan tambang sejak 2014. Namun, mereka tidak menerima sepeser pun hingga saat ini.