Lebih Sadar Lingkungan, Anak Muda Berperan Dorong Kebijakan Konservasi dan Cegah Pandemi Baru

By Fathia Yasmine, Minggu, 6 Februari 2022 | 14:57 WIB
Ilustrasi konservasi kehati (Dok. Shutterstock)

Menurut sejumlah artikel jurnal ilmiah yang Shera paparkan, faktor antropogenik yang dapat memicu terjadinya wabah zoonosis adalah kepadatan manusia, pengelolaan peternakan, perubahan tata guna lahan, dan eksploitasi satwa liar untuk keperluan komersial.

Dari beberapa faktor antropogenik yang dapat meningkatkan risiko penyakit zoonosis menurut Shera, ada dua faktor yang paling erat kaitannya dengan konservasi kehati, yakniperubahan tata guna lahan yang erat dengan urbanisasi serta eksploitasi satwa liar untuk kebutuhan komersial.

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim, Tanaman di Inggris Raya Berbunga Lebih Cepat

Terkait tata guna lahan, Shera pun memberi contoh kasus wabah zoonosis nipah yang pernah terjadi di Malaysia pada 1998-1999. Shera menjelaskan, wabah ini diduga berawal dari spillover patogen zoonosis dengan inang kelelawar.

Dahulu, penyakit nipah tidak menjangkiti manusia karena habitat kelelawar berada di dalam hutan. Namun, akibat alih fungsi bagian luar hutan menjadi perkebunan mangga monokultur, habitat kelelawar pun terganggu sehingga mereka memakan buah mangga di perkebunan tersebut.

“Perkebunan itu dekat dengan peternakan babi. Kemungkinan, ketika kelelawar hinggap dan memakan buah mangga di pohon, kotorannya yang membawa virus nipah jatuh ke peternakan,” kata Shera.

Akhirnya, terjadi spillover virus. Peternakan babi tersebut terkontaminasi virus nipah. Kemudian, virus nipah ditularkan dari hewan ternak ke pekerja di peternakan.

Baca Juga: Saat Membuat Keputusan, Apa yang Menyebabkan Kita Ragu atau Yakin?

Selain itu, ia pun mencontohkan salah satu wabah besar akibat zoonosis yang pernah terjadi di Asia. Wabah tersebut diduga berawal dari perdagangan musang yang dilakukan secara ilegal.

“Oleh karena itu, perlindungan terhadap kehati dengan langkah-langkah konservasi itu dampaknya tidak hanya untuk alam dan satwa liar, tetapi juga manusia. Dengan menjaga keseimbangan alam kita turut menjaga kesehatan manusia. Dengan demikian, konservasi juga menjadi hal yang penting dalam penerapan One Health,” ujarnya.

Senada dengan Shera, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin yang juga hadir sebagai pembicara, menyatakan bahwa pencegahan zoonosis bersifat genting. Pasalnya, menurut penelitian berjudul “Prioritizing Zoonoses for Global Health Capacity Building—Themes from One Health Zoonotic Disease Workshops in 7 Countries, 2014–2016”, sebanyak 2,5 miliar kasus PIB berasal dari penyakit zoonosis.

Anak muda sebagai agen penggerak