Telusur Akar Musik WR Supratman: Anak Band yang Jadi Seorang Patriotis

By Galih Pranata, Minggu, 13 Februari 2022 | 10:00 WIB
Black and White Jazz Band, band besutan Wage dan van Eldik. (Repro Ensiklopedi Musik Jilid 1)

Baca Juga: Bermula dari Kongres Pemuda II, Sejarah Lagu Indonesia Raya

Setibanya di Jawa, hiruk pikuk pergerakan semakin terasa. Wage telah terpanggil manakala para tokoh meminta para komponis untuk menciptakan lagu-lagu yang bercerita tentang perjuangan.

Lagu-lagu perjuangan dianggap sebagai pengantar rasa semangat untuk dapat menggelorakan nuansa perjuangan dan kebangsaan. Konteksnya, para komponis menyumbangkan karyanya untuk membantu perjuangan melawan penjajah.

Patung WR Supratman sedang memainkan biolanya di rumah wafat WR Supratman. (Bagus DR/GNFI)

Penelusurannya dan pengalamannya terhadap musik, menyuguhkan satu karya fenomenal yang kemudian diperdengarkan kepada tokoh-tokoh pergerakan. Meski sangat gemar dengan musik jazz, Wage memilih menciptakan instrumental nasionalis yang jauh dari nuansa jazz.

Pertemuannya dengan Ir. Soekarno (panitia Kongres) menjadi titik balik. "Ia menyerahkan teks berjudul 'Indonesia', yang kemudian diganti menjadi 'Indonesia Raya'," imbuh Bambang Sularto.

Pada pertemuan Kongres Pemuda II pada 1928, lagu karya Wage Rudolf Supratman dikumandangkan. Lantunan biola dimainkan Wage dengan perasaan, mengalun, mendorong peserta Kongres menitikkan air mata. Instrumentalia yang menggugah.

Sejak saat itu, Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Karyanya masih lestari sampai hari ini sebagai bukti perjuangannya, perantauan seorang anak band yang patriotis dengan karyanya yang menggugah semangat kebangsaan.

Baca Juga: WR Supratman dan Kisah Asmaranya di Balik Lagu Indonesia Raya