Nationalgeographic.co.id—Bersama oplet tuanya, Mandra mengeraskan suara radionya, terdengar lagu Pertengkaran yang mengalun, menemani aktivitas paginya, mempersiapkan diri, memanaskan mesin sebelum menarik opletnya.
Lagu berjudul "Pertengkaran", yang dinyanyikan Yunita Ababiel, muncul dalam sunetron populer, si Doel Anak Sekolahan, Season 6, episode ketiga, menunjukkan kembali romantisme suasana masa lalu yang kembali menyeruak.
Lagu Pertengkaran yang berisi tentang kesenduan dan kesedihan akibat pertengkaran rumah tangga, tak tergambar dalam scene pada episode Si Doel itu. Hanya mengisahkan tentang suasana syahdu di pinggiran Jakarta, sekitar awal tahun 2003.
Hingga tahun 2021 lalu, sinetron yang pernah populer menjelang akhir 1996 hingga 2006, masih terus tayang, membangkitkan kembali memori tentang kondisi Jakarta di masa lalu.
Menariknya, dalam salah satu adegan pada episode tersebut, muncul lagu dari Yunita Ababiel yang populer berbarengan dengan saat diluncurkan episode ketiga dalam sinetron Si Doel.
Melalui sinetron Si Doel yang saat itu booming, secara beriringan, lagu dari Yunita Ababiel menjadi tak kalah meledaknya tahun 2003 silam.
"Sebuah musik telah berhasil mewakili zeitgeist (jiwa zamannya) saat ia mulai terdengar pada masa selanjutnya, menggambarkan sesuatu yang manis atau pahit di masa lampau," ungkap Blair kepada The Guardian.
Scott Blair menulis tentang konsepsi musik yang mampu menggambarkan suasana dan semangat pada zamannya, saat lagu tersebut menjadi populer dan didengar banyak orang.
Ia menulis dalam artikelnya berjudul "Readers recommend playlist: songs that capture zeitgeist", yang dipublikasi The Guardian pada 24 Maret 2016.
"Setiap generasi menemukan musiknya untuk membantu mereka mengatasi tantangan yang mereka hadapi," tulis Blair. "Ketika anda mendengar musik lawas, sekarang seperti itulah rasanya di masa lalu," lanjutnya.
Suatu rekam jejak sejarah akan muncul dalam ingatan jika berdampingan dengan musik yang diputar dan didengar kala itu. "Saat anda memutar kembali lagu itu, tentunya akan terbayang lagi peristiwa di masa itu," tambahnya.
Source | : | Psychology Today,The Guardian |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR