Orang Berkemampuan Bilingual Punya Cara Memahami Waktu yang Berbeda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 20 Februari 2022 | 10:00 WIB
Punya kemampuan berbahasa lebih dari satu atau bilingual bisa membantu pemahaman kita terhadap dunia, bahkan perkara waktu. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id - Berapa bahasa yang Anda kuasai? Menurut riset yang dilakukan SwiftKey, Indonesia adalah negara trilingual nomor satu di dunia karena menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris. Peringkat ini mengalahkan Israel yang menguasai bahasa Ibrani, bahasa Inggris, dan bahasa Rusia.

Selain bahasa Jawa, tentu sudah umum diketahui Indonesia adalah negara yang multietnis, sehingga memungkinkan untuk menguasai bahasa persatuan itu sendiri ditambah bahasa daerah atau etnisnya.

Ethnologue pada 2016, menaruh Indonesia sebagai negara multibahasa peringkat kedua tertinggi di bawah Papua Nugini dan di atas Nigeria. Beberapa dari orang Indonesia bisa saja lebih dari satu bahasa daerah atau bahasa negara lain, sehingga bisa dikatakan sebagai poliglot.

Baca Juga: Bukan Aksara Arab, Huruf Jawi Jadi Ciri Kebudayaan Rumpun Melayu

Setiap bahasa itu unik, terutama dalam penyebutan bilangan. Misal, angka 25, 50, dan 60, bahasa Jawa menyebutnya sebagai selawe, seket, dan sewidak, bukan sebagai bilangan yang mengikuti urutan angkanya seperti siji, loro, dan telu yang mereka terapkan pada satuan.

Lebih unik lagi seperti bahasa Prancis. Mereka menyebut angka 70 sebagai soixante-dix atau secara literal disebut enam puluh-sepuluh dan berlaku hingga 79, serta 80 sebagai quatre-vingt yang berarti empat-dua puluh atau empat dikali 20 dan berlaku hingga 89.

Fakta lainnya bagi orang yang bisa berbicara lebih dari satu bahasa adalah kemampuan berpikir dan memahami dunia. Mereka bahkan bisa memutar otak dengan cepat ketika harus menggunakan suatu bahasa secara sadar maupun tidak sadar.

Baca Juga: Peneliti Temukan Asal-Usul Tunggal Bahasa Jepang, Korea, dan Turki

Sebuah penelitian tahun 2017 menemukan bahwa orang yang bisa berbicara dua bahasa dengan lancar, dapat memahami waktu secara berbeda tergantung konteks bahasa di mana mereka memperkirakan durasi suatu peristiwa.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Journal of Experimental Psychology: General, berjudul "The Whorfian Time Warp: Representing Duration Through the Language Hourglass" yang dipimpin oleh Emanuel Bylund dari Stellenbosch University, Afrika Selatan.

Studi ini menemukan bahwa lewat kemampuan bilingual tampaknya menggunakan kedua cara penandaan durasi yang dimiliki oleh dua bahasa yang dikuasainya.

"Dengan mempelajari bahasa baru, Anda tiba-tiba menjadi terbiasa dengan dimensi persepsi yang tidak Anda sadari sebelumnya," kata Panos Athanasopoulos, rekan peneliti dari Lancaster University, Inggris, dikutip dari Science Daily