Sebelum Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Kondisinya Mirip Dengan Saat Ini

By Ricky Jenihansen, Jumat, 11 Februari 2022 | 08:00 WIB
Kekaisaran Romawi runtuh sekitar tahun 476 M. (History)

Nationalgeographic.co.id—Air memiliki peran penting bagi Kekaisaran Romawi, dari kebangkitan bahkan hingga kejatuhan kekaisaran Romawi pada sekitar 476 M, sebuah studi mengungkapkan. Praktik pertanian yang cerdas dan jaringan perdagangan biji-bijian yang luas memungkinkan orang Romawi berkembang di lingkungan Mediterania yang terbatas air.

Tim ahli hidrologi internasional dan sejarawan Romawi mengungkapkan bahwa air berperan mendorong kekaisaran lebih dekat ke batas sumber makanannya. Pasokan makanan yang stabil yang bergantung pada hal tersebut mendorong pertumbuhan populasi dan urbanisasi.

Studi tersebut dipublikasikan Hydrology and Earth System Sciences. Publikasi tersebut merupakan jurnal akses terbuka dari European Geosciences Union (EGU) dengan judul "A virtual water network of the Roman world".

Seperti diketahui, kekaisaran Romawi membentang lebih dari tiga benua dan bertahan selama berabad-abad. Kekaisaran Romawi adalah rumah bagi sekitar 70 juta orang. Di wilayah yang begitu luas memastikan pasokan makanan yang stabil bukanlah tugas yang mudah, terutama mengingat iklim variabel dan kering di wilayah Mediterania.

Jadi bagaimana orang Romawi mempertahankan persediaan makanan yang dapat diandalkan ke kota-kota mereka selama berabad-abad di bawah kondisi yang menantang seperti itu?

Untuk mengetahuinya, Brian Dermody, seorang ilmuwan lingkungan dari Utrecht University, bekerja sama dengan ahli hidrologi dari Belanda dan ahli klasik di Stanford University di AS.

Para peneliti ingin mengetahui bagaimana cara orang Romawi mengelola air untuk pertanian dan perdagangan tanaman berkontribusi pada umur panjang peradaban mereka. Mereka juga penasaran untuk mengetahui apakah praktik-praktik ini berperan dalam kejatuhan Kekaisaran pada akhirnya.

"Kita bisa belajar banyak dari menyelidiki bagaimana masyarakat masa lalu menghadapi perubahan di lingkungan mereka," kata Dermody.

Praktik pengelolaan air yang inovatif di Roma mungkin juga berkontribusi pada kejatuhan mereka. (Pinterest)

Dermody membandingkan antara peradaban Romawi dan yang kita miliki saat ini. "Misalnya, Romawi dihadapkan pada pengelolaan sumber daya air mereka dalam menghadapi pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Untuk memastikan pertumbuhan dan stabilitas peradaban mereka yang berkelanjutan, mereka harus menjamin pasokan makanan yang stabil ke kota-kota mereka, banyak yang terletak di perairan- daerah miskin," Dermody menjelaskan.

Dalam makalah Hydrology and Earth System Sciences, tim berfokus pada penentuan sumber daya air yang dibutuhkan untuk menanam biji-bijian, tanaman pokok peradaban Romawi. Kemudian bagaimana sumber daya ini didistribusikan di dalam Kekaisaran. Dibutuhkan antara 1000 dan 2000 liter air untuk menumbuhkan satu kilo biji-bijian.

Saat orang Romawi memperdagangkan tanaman ini, mereka juga menukar air yang dibutuhkan untuk memproduksinya, mereka bertukar air virtual. Air virtual diartikan sebagai jumlah air yang digunakan dalam proses produksi dari suatu komoditi hasil pertanian ataupun industri.