Sebelum Kejatuhan Kekaisaran Romawi, Kondisinya Mirip Dengan Saat Ini

By Ricky Jenihansen, Jumat, 11 Februari 2022 | 08:00 WIB
Kekaisaran Romawi runtuh sekitar tahun 476 M. (History)

Para peneliti menciptakan jaringan air virtual dunia Romawi. "Kami mensimulasikan perdagangan air virtual berdasarkan wilayah miskin air virtual (pusat kota, seperti Roma) yang menuntut biji-bijian dari wilayah kaya air virtual terdekat (wilayah pertanian, seperti lembah sungai Nil) dalam jaringan," jelas Dermody .

Tim menggunakan model hidrologi untuk menghitung hasil biji-bijian, yang bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti iklim dan jenis tanah. Para penulis menggunakan peta yang direkonstruksi dari lanskap dan populasi Romawi untuk memperkirakan di mana produksi pertanian dan permintaan makanan terbesar.

Mereka juga mensimulasikan perdagangan biji-bijian berdasarkan rekonstruksi interaktif jaringan transportasi Romawi. Itu memperhitungkan biaya transportasi tergantung pada faktor-faktor seperti jarak dan sarana transportasi.

Jaringan air virtual mereka menunjukkan bahwa kemampuan Romawi untuk menghubungkan berbagai lingkungan Mediterania melalui perdagangan memungkinkan peradaban mereka berkembang. "Jika hasil biji-bijian rendah di wilayah tertentu, mereka dapat mengimpor biji-bijian dari bagian lain Mediterania yang mengalami surplus. Itu membuat mereka sangat tahan terhadap variabilitas iklim jangka pendek," kata Dermody.

Romawi menerapkan ketertiban di seluruh kekaisaran. (Robert Clark)

Tetapi praktik pengelolaan air yang inovatif di Roma mungkin juga berkontribusi pada kejatuhan mereka. Dengan perdagangan dan irigasi memastikan pasokan makanan yang stabil ke kota-kota, populasi tumbuh dan urbanisasi meningkat.

Dengan lebih banyak mulut untuk diberi makan di pusat-pusat kota, orang Romawi menjadi lebih tergantung pada perdagangan sementara pada saat yang sama Kekaisaran didorong lebih dekat ke batas sumber makanan mereka yang mudah diakses. Dalam jangka panjang, faktor-faktor ini mengikis ketahanannya terhadap hasil biji-bijian yang buruk yang timbul dari variabilitas iklim.

"Kita dihadapkan dengan skenario yang sangat mirip hari ini. Perdagangan air virtual telah memungkinkan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat sejak awal revolusi industri. Namun, saat kita semakin mendekati batas sumber daya planet ini, kerentanan kita terhadap hasil panen yang buruk muncul akibat perubahan iklim meningkat," tutup Dermody.

Baca Juga: Rayuan Maut Pria Romawi Kuno Memikat Lawan Jenis, Bagaimana Caranya?