Manusia Bermigrasi dari Sulawesi Selatan ke Flores Lewat Selayar

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 17 Februari 2022 | 12:00 WIB
Adhi Agus Oktaviana sedang mengamati cadas di Batu Ejayya, Kabupaten Bantaeng. Pengamatan ini dilakukan untuk melengkapi teka-teki jejak migrasi manusia modern di Kepulauan Nusantara. (Ratno Sardi)

Nationalgeographic.co.id—Jejak arkeologis manusia modern di Nusantara ditemukan lewat cadas tertua mereka di situs Leang-leang dan kerangka yang ditemukan Taman Nasional Bantimurung, Sulawesi Selatan. Diperkirakan, mereka sudah tiba di pulau Sulawesi lebih dari 45.000 tahun yang lalu dan menyebar ke penjuru Indonesia modern.

Para arkeolog yakin, perpindahan manusia modern di garis Wallacea muncul dari Sulawesi dan beberapa di antaranya menyeberangi Kepulauan Selayar untuk sampai di Pulau Flores.

"Kepulauan Selayar merupakan bagian lanskap penting yang memiliki kemudahan akses yang bisa disinggahi para pedagang," ujar Bernadeta AKW, peneliti dari Balai Arkeologi Sulawesi Selatan pada webinar Recent Evidence Of Their Origin and Cultures In South Sulawesi, November 2021. "Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa Kepulauan Selayar merupakan kepulauan terbuka dan berperan besar bagi keberalnsungan kontak dagang dan budaya."

Bernadeta dan tim melakukan penelitian lapangan pertengahan 2021, dan berencana segera mempublikasikannya dalam jurnal. Mereka mendapati, Pulau Selayar bagian barat memiliki banyak gua yang di dalamnya ada sisa-sisa prasejarah daripada di sebelah timur.

Ada beberapa gua yang menjadi sorotannya, seperti Liang Batu Genra, Liang Kelelawar, dan Liang Bone Sialla. Mereka menemukan banyak artefak seperti manik-manik, mata kail, batu pengasah, penyerut, batu lancip bergerigi yang diperkirakan menjadi tombak atau panah.

 Di Liang Batu Genra, tim juga menemukan 28 artefak tulang yang digunakan sebagai perkakas, dan gigi bersama dua tulang jari manusia yang diperkirakan milik dua individu manusia sekitar 8.600 hingga 9.300 tahun silam.

Sementara di Liang Kelelawar, ada tulang panjang, mandibula, dan gigi manusia yang kemungkinan berusia dewasa jenis laki-laki Mongoloid. Jejak kebudayaannya bisa diidentifikasi dari lubang-lubang di sekitar yang diperkirakan untuk pembuatan kompos. Usia dari analisis pertanggalan di sini memperkirakan mereka telah tinggal di Selayar sejak 6.300 hingga 3.900 tahun yang lalu.

Bernadeta menyimpulkan, liang-liang ini sangat dekat dengan garis pantai dan kawasannya berada di barat Pulau Selayar yang mana lebih landai daripada sisi timur. Aspek geografis tampaknya menjadi pertimbangan manusia modern awal yang tiba di pulau ini untuk keberlangsungan hidupnya.

"Sementara di sisi timur," ujar Hasanuddin, anggota tim peneliti ketika dihubungi, Rabu (16/02/2022), "lebih banyak kawasan pemakaman daripada tempat tinggal." Karena sisi timur lebih curam, kawasan ini tidak sebanyak di barat untuk memiliki peninggalan hunian dan aktivitas manusia awal-awal."

Temuan dari Liang Batu Genra yang diduga berupa alat tulang spatula yang terbuat dari tulang. (Balai Arkeologi Sulawesi Selatan)

Antara Mongoloid dan Austromelanosoid

Mongoloid adalah rumpun ras yang berada di Asia dan Amerika. Masyarakat Nusantara dengan ciri kulit sawo matang (Austronesia) maupun kuning langsat adalah bagiannya, menurut antropolog Inggris Thomas Henry Huxley. Sementara masyarakat di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Australia, adalah bagian dari Australomelanesoid dengan ciri berkulit lebih hitam.

Gua Harimau di Sumatra memberikan gambaran bagaimana manusia modern bisa hidup berdampingan antar-ras, baik Mongoloid maupun Australomelanosoid, berdasarkan belulang yang ditemukan.