Selain Bikin Es Mencair, Pemanasan Global Bikin Erosi Pesisir Arktika

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 26 Februari 2022 | 07:00 WIB
Para peneliti menginvestigasi fenomena erosi di pesisir lingkar Arktika yang terjadi akibat hilangnya lapisan es yang sebelumnya menutupi tanah. (Paul Overduin/Alfred Wegener Institute )

Nationalgeographic.co.id - Dampak buruk pemanasan global bagi kutub utara adalah pencairan es. Imbasnya, pesisir yang sebelumnya tertutup es jadi terbuka atau kurang terlindungi dan mengakibatkan pengikisan, sementara karbon yang tersimpan di tanah dan karbon dioksida dilepaskan ke laut dan atmosfer.

Itulah yang diungkap oleh para peneliti baru-baru ini dalam jurnal Nature Climate Change berjudul "Increase in Arctic coastal erosion and its sensitivity to warming in the twenty-first century", Senin, (14/02/2022).

Lewat skala prediksi mereka terkait rangkaian kejadian ini di seluruh Arktika, erosi akan mengancam pantai-pantai di sana. Sebab, pemanasan tanah mengakibatkan penurunan dan keruntuhan tanah, dapat membahayakan infrastruktur penting, dan mengancam keselamatan penduduk sekitar.

Baca Juga: Bisakah Para Ilmuwan Mengembangkan Suaka Es untuk Kehidupan Arktika?

Temuan ini dilakukan para peneliti dengan menghitung skala masa depan dari proses pencairan es terhadap tanah di pesisir Arktika. Tim yang dipimpin David Nielsen dari Center for Earth System Research and Sustainability (CEN) di Hamburg University, mendapati pemanasan sangat mempercepat kejadian ini.

"Kami telah menjalankan berbagai skenario, tergantung pada berapa banyak gas rumah kaca yang akan dikeluarkan manusia di tahun-tahun mendatang," ujar Nielsen di Phys. "Menurut penelitian, tidak hanya semakin banyak daratan yang hilang secara absolut; dengan setiap tingkat kenaikan suhu, laju erosi tahunan meningkat—dalam beberapa meter, tetapi juga dalam jutaan ton karbon yang dilepaskan."

Nielsen dan tim mengutarakan, jika emisi gas rumah kaca tetap tidak terkendali atau terus meningkat, dan tingkatnya bisa lebih dari dua kali lipat pada tahun 2100. Artinya, erosi bisa terjadi hingga tiga meter per tahun dengan kondisi demikian.

Baca Juga: Melonjaknya Jumlah Sambaran Petir di Arktika Buat Ilmuwan Khawatir

Ini pertama kalinya bagi Nielsen dan tim menghitung keseimbangan masa depan untuk kutub utara secara luas, dan menganggapnya sebuah pencapaian penting. Dikarenakan, erosi pantai sangat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

"Di kutub utara, erosi selalu merupakan kombinasi dari faktor termal dan mekanis," ujarnya. Itu sebabnya, penghitungannya menghubungkan model sistem Bumi yang tersimpan dalam data pengamatan, simulasi gelombang, dan analisis ulang iklim.

"Tergantung pada lokasi dan bentuk pantai masing-masing, kami berharap untuk melihat ketinggian gelombang yang bervariasi. Dengan meningkatnya suhu, jangkauan gelombang juga meningkat, karena es laut menghilang. Selain itu, periode bebas es di musim panas lebih panjang, membuat pantai jadi lebih rentan," lanjut Nielsen.

Pengetahuan tentang besarnya dan kecepatan perubahan ini masih kurang diketahui. Itu sebabnya penelitian ini dibuat terutama oleh para ilmuwan di Hamburg University, dan penghitungan dilakukan dengan kombinasi model baru, terang para peneliti.