Cerita Panji di Wayang Krucil dan Falsafah Jawa yang Lestari

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 18 Februari 2022 | 11:00 WIB
Tokoh-tokoh cerita Panji dalam wayang krucil Kediri. (Rudi Irawanto/Universitas Negeri Malang)

Nationalgeographic.co.id—Sudah hal umum bahwa wayang adalah sarana pertunjukan kebudayaan masyarakat Nusantara. Kehadirannya sudah ada di era Hindu-Buddha dengan lakon yang memiliki pesan untuk penontonnya dengan nilai-nilai luhur, termasuk sarana dakwah Islam ketika diperkenalkan para wali.

Banyak orang baru mengenal cerita Mahabharata dan Ramayana sebagai cerita wayang. Tetapi sebenarnya, ada cerita asli Nusantara sendiri yang bisa dipadukan dengan wayang sebagai gabungan budaya kita, cerita Panji. Salah satu yang memainkan cerita tentang cinta sejati ini adalah wayang krucil berasal dari Jawa Timur.

Harjito Mudho Darsono, dalang wayang krucil di Kediri memperkenalkan seperti apa wayang ini dan bagaimana dipentaskan. Wayang-wayang itu berbahan kayu dengan teknik ukir, tapi bagian tangannya berbahan kulit karena lebih mudah digunakan.

Ia mengutarakan, wayang krucil di masa modern mencapai masa keemasannya pada 1980-an. Pementasannya dilakukan dengan berkeliling kota menyertakan gamelan yang bisa ditentang, dan gong kecil.

Saat awal-awal memainkan wayang krucil, Harjito membawakan kisah Ande-Ande Lumut yang mengisahkan Panji Asmarabangun. Keterampilannya ini berkembang seiring waktu, sehingga menjadi pewaris dalang ketika ayahnya meninggal. Kemampuannya ini membuatnya menjadi 10 penyaji terbaik dalang se-Jawa Timur pada 2001, dan memperkenalkannya di festival Panji internasional pada 2018.

"Cerita panji itu beragam," ujarnya dalam webinar Penyebaran Cerita Panji melalui Seni Pertunjukan yang disiarkan Tribun Network, September 2020. Tapi intinya, cerita panji lewat wayang krucil, banyak gerakan joget yang energi dalam pementasan.

Pementasan diiringi oleh musik pengiring yang dibedakan dalam dua variasi, yakni dengan gamelan jangkep dan gamelan junggrung (timplong).

Baca Juga: Kelana Budaya Panji yang Melintasi Bentuk, Tempat, dan Waktu

Baca Juga: Wayang Kulit Merayakan Gamelan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Rudi Irwanto budayawan dan pegiat desain Universitas Negeri Malang, dalam makalah Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur pada Februari 2019 menulis, iringan gamelan jangkep terdiri dari 20 macam gamelan yang diadopsi dari iringan wayang kulit. Sementara timplong adalah varian yang menggunakan lima buah gamelan sebagai pengiring, dan biasanya berkembang di kawasan Nganjuk dan Ngawi.

Dalam lakon Panji di wayang krucil, ada 70 tokoh yang ditampilkan yang sudah mengalami penambahan tokoh. Beberapa di antaranya ada Raden Panji, Dewi Sekartaji, Dewi Ragil Kuning, dan Prabu Joyoboyo.

Selain wayang krucil Panji, ada juga wayang krucil menak yang mengambil cerita dari serat Ambiya atau babad Menak, dan wayang kruciol Gedhog yang mengambil cerita dan penokohan dari wayang kulit.