Kontroversi Kematian Rasputin, Rahib Gila Kepercayaan Tsar Nicholas II

By Sysilia Tanhati, Jumat, 18 Februari 2022 | 10:00 WIB
Kedekatan Rasputin dengan Tsar Nicholas II menimbulkan desas-desus liar. Ini akhirnya memicu rencana pembunuhan sang Rahib oleh kaum bangsawan. (Public Domain)

“Iblis yang sekarat karena racun dan memiliki peluru di hatinya, pasti telah dibangkitkan dari kematian oleh kekuatan jahat. Ada sesuatu yang mengerikan dalam penolakannya yang kejam untuk mati,” tulis Yusupov dalam memoarnya. Konon ada air di paru-parunya ketika jenazahnya ditemukan, menunjukkan bahwa dia akhirnya meninggal karena tenggelam. Tubuhnya yang babak belur ditemukan di Sungai Neva beberapa hari kemudian. Rasputin terbunuh pada 30 Desember 1916 di Istana Moika.

Kontroversi di balik pembunuhan Rasputin

Pembunuhan Rasputin yang sebenarnya mungkin jauh lebih dramatis. Putrinya Maria menulis bukunya sendiri pada tahun 1929. Ia mengutuk tindakan Yusupov dan mempertanyakan kebenarannya memoarnya. Menurut Maria, ayahnya tidak suka permen dan tidak akan pernah makan sepiring kue.

Laporan otopsi tidak menyebutkan racun atau tenggelam tetapi menyimpulkan bahwa dia ditembak di kepala dari jarak dekat. Yusupov mengubah pembunuhan itu menjadi perjuangan epik kebaikan melawan kejahatan. Tindakan ini dilakukan agar bukunya laku terjual dan reputasinya meningkat.

Tanggapan dari publik beragam, mencerminkan reputasi kotak-kotak Rasputin. Para elit bersukacita dan bertepuk tangan untuk para pembunuh ketika mereka muncul di depan umum. Kaum tani meratapi Rasputin sebagai bagian dari kelompok mereka. Bagi kaum tani, pembunuhan dianggap sebagai satu lagi contoh bangsawan yang mengendalikan tsar. Maka ketika seorang petani naik ke posisi berpengaruh dengan tsar, dia dibunuh oleh orang-orang kaya itu.

Tidak seperti yang diharapkan, pembunuhan Rasputin tidak menyebabkan perubahan radikal dalam kekaisaran. Bagi kaum Bolshevik yang baru muncul, Rasputin melambangkan korupsi di jantung istana Kekaisaran. Mereka menganggap itu sebagai upaya kaum bangsawan untuk mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan proletariat. Bagi mereka, Rasputin mewakili masalah yang lebih luas dengan tsarisme.

Setelah Revolusi Rusia, pemimpin pemerintahan sementara Alexander Kerensky mengatakan, "Tanpa Rasputin tidak akan ada Lenin."