Kontroversi Kematian Rasputin, Rahib Gila Kepercayaan Tsar Nicholas II

By Sysilia Tanhati, Jumat, 18 Februari 2022 | 10:00 WIB
Kedekatan Rasputin dengan Tsar Nicholas II menimbulkan desas-desus liar. Ini akhirnya memicu rencana pembunuhan sang Rahib oleh kaum bangsawan. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Pembunuhan Rasputin, ‘rahib gila’ yang dekat dengan keluarga Tsar Nicholas II, menjadi bagian dari sejarah Revolusi Rusia. Kematian orang suci dan penyembuh yang kontroversial ini memicu ketegangan di Rusia pra-revolusi.  

Rasputin mengalami perubahan pesat dalam hidupnya. Berawal dari petani Siberia yang tidak dikenal hingga menjadi pengembara suci. Terakhir, ia adalah salah satu tokoh paling menonjol di lingkaran dalam Tsar Nicholas II.

Kehidupan Rasputin berubah pada tahun 1892, ketika ia menghabiskan waktu berbulan-bulan di sebuah biara. Momen inilah yang kemudian menempatkannya di jalur menuju ketenaran internasional. Terlepas dari julukannya sebagai rahib gila, Rasputin tidak pernah menerima tahbisan suci.

Kedekatan Rasputin dengan keluarga Tsar Nicholas II

Berkat semangat religius dan karismanya, beberapa pendeta Ortodoks tertarik padanya. Anggota senior keluarga kekaisaran kemudian memperkenalkannya pada Tsar Nicholas II dan istrinya.

Bukan rahasia jika pasangan ini berkonsultasi pada penasihat spiritual. Tetapi Rasputin mengisi peran ini dengan kemampuannya untuk membaca harapan batin. Ia mengambil hati dengan cara memberi tahu apa yang ingin didengar oleh Nicholas dan istrinya.

Rasputin mendorong Nicholas untuk lebih percaya diri dalam perannya sebagai tsar. Kecemasan Alexandra pun berkurang berkat nasihat-nasihat dari sang Rahib. Menjelang Perang Dunia Pertama, Rasputin bahkan ikut memberikan nasihat politik dan membuat rekomendasi penunjukan Menteri. Ini tentu membuat para elit Rusia kecewa.

Hubungan Rasputin dengan keluarga Romanov pun kiat erat dengan bantuannya dalam meringankan hemofilia yang diidap Alexei.

Sejarawan terus memperdebatkan dampak Rasputin pada kesehatan Alexei. Menurut Douglas Smith dalam bukunya Rasputin: Faith, Power and the Twilight of the Romanovs, Rasputin tidak memiliki pengetahuan tentang medis. Selain meningkatkan kepercayaan dalam pemulihan, variabel kunci yang mungkin adalah desakan Rasputin agar dokter menjauh dari Alexei.

Pengetahuan medis pada saat itu masih minim, meskipun obat-obatan seperti aspirin tersedia untuk pengobatan. Sayangnya bagi Alexei, aspirin, yang dianggap sebagai obat penyembuh segalanya, memiliki efek samping pengencer darah. Efek samping ini tidak diketahui sehingga memperburuk gejala yang dialami Alexei.

Sejarawan Prancis Hélène Carrère d'Encausse menuturkan bahwa Rasputin bersikeras agar obat yang diresepkan dibuang ke dalam api. Kemungkinan besar termasuk aspirin. Ia pun mendesak dokter agar dibiarkan seorang diri menangani penyakit Alexei. Dan hasilnya memuaskan, gejala sakitnya pun berkurang.

“Orang suci” yang hobi selingkuh dan bermabuk-mabukan

Rasputin menampilkan dirinya di Pengadilan Kekaisaran sebagai orang suci, meskipun tidak memiliki afiliasi dengan Gereja Ortodoks Rusia. Namun ketika berada jauh dari istana, perilakunya pun berubah 180 derajat. Sering mabuk dan perselingkuhannya dengan wanita dari semua latar belakang sosial membuat publik tersinggung.

Rasputin tampak menikmati ketenarannya. Ia memamerkan kemeja yang disulam untuknya oleh Permaisuri dan mengundang teman-teman ke rumahnya di Prokovskoye.

Pers menyebarkan cerita-cerita seram tentang Rasputin baik di dalam maupun di luar negeri. Desas-desus tentang pengaruh Rasputin atas rezim Tsar menyebar ke seluruh Eropa. Tentara di front Timur Perang Dunia I bergunjing tentang hubungan gelap Rasputin dengan Alexandra.

Berita liar memicu rencana pembunuhan Rasputin

Berita-berita liar ini memicu tuntutan publik untuk mencopot Rasputin dari semua posisi yang berpengaruh. Segala cara dihalalkan untuk menjatuhkan rahib itu, termasuk membunuhnya.

Rencana pembunuhan rahib gila itu dilakukan oleh Felix Yusupov. Ia merupakan seorang bangsawan Kekaisaran Rusia yang menikah dengan Irina Alexandrovna, keponakan Tsar Nicholas II.

Merencanakan pembunuhan Rasputin memberinya kesempatan untuk menemukan kembali dirinya sebagai seorang patriot. Ia bertekad untuk melindungi takhta dari pengaruh jahat.

Bagi Yusupov dan rekan-rekan konspiratornya, menyingkirkan Rasputin menjadi kesempatan terakhir untuk memulihkan reputasi dan kehormatan monarki. Dengan kematian Rasputin, tsar akan lebih terbuka terhadap nasihat keluarga besarnya dan kaum bangsawan. Bagi mereka, Nicholas II sangat bergantung pada Alexandra dan Rasputin.

Baca Juga: Mengapa Tidak Ada yang Menyelamatkan Tsar Nicholas II dari Eksekusi?

 Baca Juga: Setelah 61 Tahun, Pemakaman Sadis Tsar Nicholas II Akhirnya Terungkap

Yusupov menuliskan tentang kisah pembunuhan Rasputin dalam memoarnya. Ia mengundang Rasputin ke istananya untuk bertemu dengan istrinya Irina. Sang bangsawan pun menyajikan sepiring kue dan bergelas-gelas anggur yang sudah dicampur dengan potasium sianida.

Yang membuat Yusupov heran, Rasputin tampaknya tidak terpengaruh oleh racun itu. Merasa putus asa, ia meminjam pistol dan menembak Rasputin beberapa kali, tetapi masih tidak dapat membunuhnya.

“Iblis yang sekarat karena racun dan memiliki peluru di hatinya, pasti telah dibangkitkan dari kematian oleh kekuatan jahat. Ada sesuatu yang mengerikan dalam penolakannya yang kejam untuk mati,” tulis Yusupov dalam memoarnya. Konon ada air di paru-parunya ketika jenazahnya ditemukan, menunjukkan bahwa dia akhirnya meninggal karena tenggelam. Tubuhnya yang babak belur ditemukan di Sungai Neva beberapa hari kemudian. Rasputin terbunuh pada 30 Desember 1916 di Istana Moika.

Kontroversi di balik pembunuhan Rasputin

Pembunuhan Rasputin yang sebenarnya mungkin jauh lebih dramatis. Putrinya Maria menulis bukunya sendiri pada tahun 1929. Ia mengutuk tindakan Yusupov dan mempertanyakan kebenarannya memoarnya. Menurut Maria, ayahnya tidak suka permen dan tidak akan pernah makan sepiring kue.

Laporan otopsi tidak menyebutkan racun atau tenggelam tetapi menyimpulkan bahwa dia ditembak di kepala dari jarak dekat. Yusupov mengubah pembunuhan itu menjadi perjuangan epik kebaikan melawan kejahatan. Tindakan ini dilakukan agar bukunya laku terjual dan reputasinya meningkat.

Tanggapan dari publik beragam, mencerminkan reputasi kotak-kotak Rasputin. Para elit bersukacita dan bertepuk tangan untuk para pembunuh ketika mereka muncul di depan umum. Kaum tani meratapi Rasputin sebagai bagian dari kelompok mereka. Bagi kaum tani, pembunuhan dianggap sebagai satu lagi contoh bangsawan yang mengendalikan tsar. Maka ketika seorang petani naik ke posisi berpengaruh dengan tsar, dia dibunuh oleh orang-orang kaya itu.

Tidak seperti yang diharapkan, pembunuhan Rasputin tidak menyebabkan perubahan radikal dalam kekaisaran. Bagi kaum Bolshevik yang baru muncul, Rasputin melambangkan korupsi di jantung istana Kekaisaran. Mereka menganggap itu sebagai upaya kaum bangsawan untuk mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan proletariat. Bagi mereka, Rasputin mewakili masalah yang lebih luas dengan tsarisme.

Setelah Revolusi Rusia, pemimpin pemerintahan sementara Alexander Kerensky mengatakan, "Tanpa Rasputin tidak akan ada Lenin."