Menjumpai Blue Fire Kawah Ijen, Cahaya Unik Hanya Dua di Dunia

By Nana Triana, Senin, 21 Februari 2022 | 15:01 WIB
Blue Fire di Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. (DOK. Rendra Kurnia/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Secara geografis, Indonesia terletak pada rangkaian ring of fire atau cincin apiMenurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), ring of fire merupakan rangkaian gunung berapi yang membentang sepanjang 40.250 kilometer (km) di Samudra Pasifik.

Terdapat 127 gunung berapi aktif yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, 19 di antaranya berada di Pulau Jawa. Salah satu gunung berapi tersebut adalah Gunung Ijen yang terletak di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Gunung dengan ketinggian 2.386 meter dari permukaan laut (mdpl) ini masyhur dengan pesona api biru (blue fire) di kawahnya. Keberadaan blue fire di kawah gunung terbilang langka karena hanya ada satu tempat lagi di dunia, selain Kawah Ijen.

Untuk diketahui, blue fire di Kawah Ijen merupakan hasil reaksi dari gas bumi yang bertemu dengan oksigen pada suhu di kawah tersebut. Proses pembakaran alami ini menghasilkan api berwarna biru dengan semburat merah-jingga yang menutupi permukaan kawah.

Namun, keindahan blue fire di Kawah Ijen hanya dapat dilihat saat cahaya temaram. Waktu yang paling ideal adalah mulai dini hari hingga menjelang subuh. Tak heran, banyak pelancong yang rela melakukan pendakian malam hari untuk menyaksikan fenomena geologi tersebut, seperti yang dilakukan Rendra Kurnia.

Baca Juga: Abdoel Rivai, Jurnalis Hindia Berbahasa Melayu di Negeri Belanda

Lebih dari sekadar ingin melihat dengan mata telanjang, fotografer profesional itu berupaya mengabadikan keunikan cahaya Kawah Ijen dengan bidikan mata kamera lewat program Nawa Cahaya: Capture the Unique Lights in Indonesia.  

Rendra bercerita dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk bisa mencapai Kawah Ijen. Jalur yang curam dan penerangan yang minim membuatnya harus hati-hati betul mendaratkan tiap langkah.

“Untuk mencapai kawah, saya harus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Karena medan cukup licin dan curam, agar tidak terjatuh, saya mencoba mengikuti irama langkah bapak-bapak penambang dari belakang,” kata Rendra saat dihubungi Tim National Geographic Indonesia, Senin (7/2/2022).

Kesulitan belum usai saat Rendra berhasil mencapai bibir kawah sekitar pukul dua dini hari. Sebab, tak mudah menemukan spot yang tepat untuk memotret keelokan Kawah Ijen, terutama karena harus berjuang melawan tebalnya asap belerang.

Guyuran hujan saat itu pun sedikit menyembunyikan cakrawala dari pandangan. Dalam kondisi cuaca demikian, menurutnya, cahaya blue fire sangat minim. Dia harus menunggu angin sedikit lebih tenang agar foto yang dihasilkan lebih optimal.

“Sempat hujan waktu tiba di dasar kawah, sehingga cukup kesulitan untuk memotret momen blue fire. Pada waktu yang sama, asap belerang yang begitu tebal membuat bidikan foto saya kurang maksimal dan tidak sesuai konsep yang disusun sebelumnya,” cerita Rendra.