Punya Masalah Sejak Lama, Kenapa Rusia Bergerak ke Ukraina Sekarang?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 24 Februari 2022 | 16:00 WIB
Tentara Rusia berbaris di Lapangan Merah Moskow, Rusia. (Mladen Antonov/AFP)

Mengutip PBS, Ukraina pada Juni 2021 menginginkan bergabung dengan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), organisasi militer yang salah satu anggotanya Amerika Serikat. Putin pun langsung bergerak mengancam Barat dengan mengumpulkan pasukan dan peralatan di dekat perbatasan Ukraina sejak September 2021, dan beberapa kali ada pernyataan penarikan. 

Para pengamat, tulis Kriby dan Guyer, memandang perspektif Putin bergeser tentang AS. Dia melihat tanda-tanda kelemahan AS ketika penarikan militer yang kacau di Afganistan dan gejolak dalam negeri AS. Biden juga masih berusaha untuk mengembalikan aliansi transatlantiknya yang sempat memudar karena pemerintahan Trump.

Baca Juga: Gejalanya Sama dengan COVID-19, Apakah Flu Rusia dari Virus yang Sama?

Baca Juga: Tersingkap Kuburan Massal Diduga Korban Teror Besar-besaran Era Stalin

Baca Juga: Mengurai Benang Kusut di Balik Perselisihan Rusia dan Ukraina

Baca Juga: Batalyon Azov: Dari Suporter Sepak Bola Menjadi Tentara Kejam Ukraina

"Perpecahan itu—yang Washington sedang berusaha keras untuk menahannya—mungkin membuat Putin berani," tulis Kirby dan Guyer.

"Opini publik di Ukraina juga sangat terpengaruh untuk mendukung bisa masuk ke lembaga-lembaga Barat seperti Uni Eropa dan NATO. Itu mungkin membuat Rusia merasa seolah-olah telah menghabiskan semua alat politik dan diplomatiknya untuk membawa Ukraina kembali ke tempat semula."

Sementara Uni Eropa dan Inggris masih sibuk perkara Brexit dan perjuangan melawan pagebluk COVID-19, dan Jerman yang baru-baru ini berganti kanselir setelah dijabat oleh Angela Markel 16 tahun lamanya. Banyak negara-negara Eropa juga mengimpor gas alam Rusia yang kini harganya melonjak.

"Elit keamanan Moskow merasa bahwa mereka harus bertindak sekarang karena jika tidak, kerjasama militer antara NATO dan Ukraina akan menjadi lebih intens dan bahkan lebih canggih," ujar Sarah Pagung, dari Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman dikutip dari Vox.

Lantas, bagaimana kisah selanjutnya dari masalah politik ini? Waktu dan politikus dari kedua kekuatan itulah yang punya jawabannya.