Generasi Putin, Bagaimana Remaja Rusia Memandang Presiden Mereka?

By National Geographic Indonesia, Selasa, 1 Maret 2022 | 12:00 WIB
Kirill Vselensky bergaya di sebuah dinding berhias di Moskow ketika Dima Balashov memotretnya. Pemuda berusia 24 tahun itu, pengambil risiko yang dikenal sebagai petualang atap gedung tinggi, merayakan prestasi mereka di Instagram: @kirbase dan @balashovenator. (Gerd Ludwig/National Geographic)

Popularitas Putin mengundang banyak pertimbangan—saat saya menulis ini, Putin didukung 80 persen rakyat Rusia yang disurvei. Namun, dukungan lebih besar diberikan oleh rakyat Rusia berusia antara 18 dan 24: 88 persen. Mereka bangga akan negara mereka dan posisinya di dunia, mengaitkan kekuatan militer dengan kehebatan, dan percaya pada masa depan negaranya.

di halaman sempit nan gelap di Novosibirsk, antara dua bangunan bata abad ke-19, saya dapati para bohemian lokal sedang minum bir dan mendengarkan musik elektronik. Di sinilah Filipp Krikunov, yang lahir pada 1995, membuka sanggar seni. Para seniman muda dengan tergesa-gesa menciptakan cara berfoto yang lain daripada yang lain: Masukkan kepala ke dalam kotak kardus yang dipenuhi penggalan cermin yang berantakan. Masukkan kepala ke kardus lain dan ternyata di situ terdapat sisa-sisa makanan Burger King.

Siswa sekolah seminari di Akademi Teologi Moskow di Sergiyev Posad mempelajari Perjanjian Baru, musik liturgi, dan mata pelajaran lain. Setelah pernah ditindas oleh komunis, Gereja Ortodoks Rusia bangkit di bawah Putin, yang melihatnya sebagai sekutu dalam upaya mengembalikan kehebatan bangsa Rusia. (Gerd Ludwig/National Geographic)

Saya sudah bertemu dengan Filipp hari itu di sebuah kafe Novosibirsk yang cantik, dikelilingi para wanita muda yang sangat modis. Novosibirsk adalah kota terbesar ketiga di Rusia, pusat industri dan inovasi ilmiah. Banyak hartawan tinggal di situ. Namun, Filipp tidak termasuk golongan hartawan. Dia dibesarkan tanpa ayah. Seperti banyak anak muda Rusia, dia dibesarkan oleh ibu dan neneknya. Kakek buyutnya ikut dalam Perang Dunia II dan kemudian disingkirkan oleh Stalin. Neneknya seorang ahli kimia terkenal, dan ibunya juga berkecimpung di dunia ilmiah. Namun, kedua wanita itu menyukai politik. 

Filipp berusia 16 ketika unjuk rasa pro-demokrasi berlangsung di Moskow dan menyebar ke beberapa kota, termasuk Novosibirsk. Puluhan ribu orang turun ke jalan, menuntut pemilihan umum yang bebas dan adil, tetapi unjuk rasa itu lebih terasa seperti pesta di lingkungan perumahan, bukan demonstrasi.

Baca Juga: Menilik Kekayaan Tsar Rusia yang Masuk dalam Jajaran Manusia Terkaya

Baca Juga: Yekaterina, Ketangguhan Tsar Perempuan dalam Memodernisasi Rusia

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina, Apakah Reaktor Nuklir Chernobyl Aman?

 

Filipp juga sudah muak dengan Putin. “Banyak pesan dikirim kepadanya, pesan ketidakpuasan, tetapi tidak kunjung ada dialog,” kata Filipp. Dia tidak mengenal Rusia yang ditampilkan di televisi yang dikendalikan Kremlin. “Seperti negara lain,” katanya. “Saya tak mengenal seorang pun seperti sosok yang ditampilkan di televisi.”

“Saya ikut dalam unjuk rasa. Saya berusaha untuk aktif di dunia politik,” kata Filipp. Namun, tidak lama kemudian, dia kecewa. “Saya melihat ke sekeliling saya, dan orang-orang yang berunjuk rasa itu tidak seperti teman-teman saya. Saya merasa tidak nyaman,” katanya. “Dan unjuk rasa itu tidak menghasilkan apa-apa.”

Sebuah restoran cantik di pinggiran kota Kazan yang makmur menarik kaum muda yang modis. Restoran Voda | Sneg (Air | Salju), di tepi Sungai Volga, menawarkan berbagai pilihan hiburan yang berubah-ubah menurut musim. Di musim panas ada jamuan makan di luar ruangan, dermaga untuk kapal, dan berenang; di musim dingin, para tamu dapat main ski, bersepeda salju, dan naik kereta anjing. (Gerd Ludwig/National Geographic)