Dampak Perubahan Iklim Begitu Nyata tapi Minim Penanganan Pemerintah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 4 Maret 2022 | 11:00 WIB
Pemanasan global dapat berdampak pada kesehatan dan kesenjangan yang menimbulkan naiknya kemiskinan. Laporan PBB terbaru peringatkan cara yang bisa ditempuh. (VanderWolf-Images)

Nationalgeographic.co.id—Temuan-temuan terbaru di bidang kesehatan membuat manusia bisa memperpanjang angka harapan hidupnya lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya. Tetapi, pemahaman ini mengabaikan faktor eksternal seperti perubahan iklim dan pemanasan global yang menghantui kita di abad ke-21.

Hal itulah yang diperingatkan oleh PBB lewat laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Manusia dapat beradaptasi dengan suhu yang kian memanas dibandingkan masa pra-industri tetapi tidak untuk dunia alami.

"Kami tidak mengikut. Laju perubahan iklim lebih cepat daripada kemampuan kita untuk mengetahui bagaimana perubahan iklim," terang Michael Oppenheimer, ilmuwan iklim dari Princetown University yang terlibat dalam penulisan laporan pada Science.

Pemanasan global diketahui membuat beberapa ekosistem mendekati batas kemampuan mereka untuk beradaptasi, termasuk terumbu karang air hangat, hutan tropis, hingga kondisi lingkungan di pegunungan dingin dan kutub.

Akan tetapi, perubahan iklim membawa masalah kesehatan bagi manusia. Laporan itu menuliskan, konsekuensi yang kita tanggung jika kita gagal mengambil tindakan akan parah dan memperburuk ketidakadilan sosial.

Masyarakat yang sebenarnya paling sedikit berkontribusi terhadap perubahan iklim, seperti berpenghasilan rendah dan negara berkembang, akan menanggung beban panas ekstrem, penyakit yang menular, dan kesehatan mental yang buruk.

"Ada kesenjangan adaptasi," kata Oppenheimer. "Pemerintah lebih bertindak lebih banyak basa-basi daripada benar-benar melakukan banyak hal."

"Sangat mendesak untuk kita untuk meningkatkan investasi dan memperkuat sistem kesehatan kami," kata Kristie Ebi, salah satu penulis laporan dan pakar kesehatan global dari University of Washington pada National Geographic.

Baca Juga: Mengandung Gas Rumah Kaca, Sampah Harus Dituntaskan Sama-sama

Baca Juga: Selain Bikin Es Mencair, Pemanasan Global Bikin Erosi Pesisir Arktika

  

"Kita sudah melihat orang mati karena perubahan iklim, dan jika kita tidak beradaptasi, lebih banyak orang akan mati." Besar-kecilnya dampak akan sangat bergantung pada kondisi sosial yang mendasari seperti kemiskinan, keshatan, dan pemerintahan, tulis laporan IPCC.

Direktur Joint Global Change Research Instute sekaligus salah satu penulis laporan, Brian O'Neill, menambahkan, jumlah orang yang dipaksa jatuh miskin selama rentang waktu 15 tahun akibat perubahan iklim dapat berkisar 10 juta hingga 100 juta. Semua tergantung pada kerentanan mereka dan lahan mereka.

Laporan tersebut mencatat bahwa panas yang ekstrem menjadi lebih intens di kota-kota, secara substansial meningkatkan risiko kematian akibat panas bagi penduduk lingkungan berpenghasilan rendah dan terutama bagi individu yang tidak memiliki rumah. 

Akan ada banyak kemiskinan yang timbul akibat perubahan iklim. Tugas pemerintah adalah meningkatkan kualitas hidup mereka agar meminimalisasi dampak pada manusia, sambil membuat rancangan jangka panjang pada pengurangan emisi. (Dhoni Setiawan/Jakarta Post)

Mempersiapkan perubahan iklim bukan hanya soal membangun tembok laut atau sistem irigasi, tulis laporan. Kebanyakan proyek untuk adapatasi dengan masa depan saat ini justru berskala kecil, terfragmentasi, dan hanya berfokus pada jangka pendek.

Sebagian besar proyek adaptasi yang dilakukan pemerintah berfokus pada proyek terkait air seperti tanggul dan sistem peringatan banjir, resotrasi lahan basah pesisir, konservasi kelembababn tahan untuk pertanian, dan pelindungan garis pantai. Padahal, O'Neill berpendapat, "yang sama pentingnya adalah meningkatkan kondisi kehidupan di seluruh dunia."

Selain itu pula, sepertiga dari populasi dunia saat ini berdampak tekenan panas. Walau peningkatan emisi tak bisa terhindari, semua bergantung pada tindakan yang diambil untuk membatasinya. Diprediksikan emisi akan terus meningkat dari 48 hingga 76 persen dari populasi yang diproyeksikan untuk tahun 2100.

Secara kesehatan, vektor penyakit seperti nyamuk mendapat manfaat dari musim hangat yang lebih lama dan jangkauannya lebih meluas akibat pemanasan. Hal ini berisiko bagi penyebaran penyakit yang dihasilkan nyamuk seperti DBD dengan cakupan lebih luas.

Pemahaman tentang perubahan iklim menyebabkan penyakit bukanlah pertama kalinya dipahami. Para ilmuwan juga mendapati bahwa virus tersebar seperti pagebluk COVID-19 disebabkan oleh perubahan iklim, yang diskenariokan dalam kabar sebelumnya di National Geographic Indonesia. Penyakit zoonosis bisa tertular akibat interaksi manusia dengan hewan yang telah kehilangan habitatnya atau bermigrasi akibat peningkatan suhu global.

"Orang-orang sekarang menderita dan sekarat akibat perubahan iklim," lanjut Ebi.

Untuk pencegahan, selagi perubahan iklim menjadi semakin mematikan, pemerintahan harus menciptakan perawatan kesehatan dan tata kota yang lebih kuatuntuk menyelamatkan banyak jiwa, tulis laporan IPCC.

Baca Juga: Merespon Krisis Iklim Dunia Melalui Pameran Fotografi di Kota Salatiga

Baca Juga: Panas Ekstrem Adalah 'New Normal' di Sebagian Besar Laut Dunia

  

Selain perawatan kesehatan yang kuat, para ilmuwan yang menulis laporan IPCC menyerukan agar aksesnya juga harus dibuat, dan pembuatan rencana darurat panas. 

Salah satu yang disarankan adalah penggunaan sistem peringatan dini yang memiliki prediksi cuaca terperinci. Menurut laporan, alat itu dapat digunakan oleh lambaga kota dan pemerintahan daerah untuk membantu orang berencana akan cuaca ekstrem dan mencari sumber daya yang dibutuhkannya.

"Kita akan dilanda gelombang panas, kemudian kebakaran hutan, kemudian listrik padam, dan kemudian akan terjadi lagi," ujar Jeremy Hess, rekan penulis laporan dan seorang peneliti kesehatan di University of Washington. "Kedengarannya apokaliptik, tapi itu benar."

Semua hal itu bisa dilakukan sambil memperkuat pelestarian alam dengan pemulihan hutan, membantu migrasi spesies terdampak, dan melindungi daratan dan perairan untuk menciptakan ruang bagi spesies untuk beradaptasi.