Studi Etnobotani, Kajian Pertautan antara Kebudayaan dan Tumbuhan

By National Geographic Indonesia, Minggu, 6 Maret 2022 | 10:00 WIB
Kunyit, salah satu rempah Nusantara, telah digunakan ratusan tahun dalam tradisi pengobatan di kepualan kita. (Badagnani /Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Etnobotani merupakan sebuah studi yang berfokus pada kajian tentang hubungan antara kebudayaan atau Etno, dan botani atau tumbuhan. Arti secara harfiahnya adalah mempelajari suatu hubungan kompleks yang terjadi antara umat manusia dan penggunaan tumbuhan dalam proses perkembangan kebudayaan.

Istilah etnobotani pertama kali digunakan oleh ahli botani Amerika Dr. John William Hershberger pada 1895. Dia menggunakan istilah ini selama kuliah di Philadelphia untuk menggambarkan penelitiannya. Dia menggambarkan etnobotani sebagai studi tentang "tanaman yang dihasilkan oleh masyarakat primitif dan pribumi".

Dalam perjalanannya studi etnobotani menjadi bidang khusus untuk kajian perkembangan kebudayaan umat manusia. Sampai saat ini pertautan keduanya masih terus berdampingan. Pada era modern, kajian ekonomi atau potensi ekonomi dari hubungan antara dua spesies tersebut dijadikan fokus studi dalam perjalanan studi kajian ini.

M. Cotton dalam Ethnobotany: Principles and Applications, mengungkapkan bahwa minat terhadap etnobotani meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Pencarian obat-obatan baru oleh industri farmasi telah membangun minat ke tanaman produk alami dan studi etnobotani. Studi-studi ini memberikan kontribusi yang berharga untuk katalogisasi keanekaragaman hayati, konservasi ekosistem yang terancam punah, dan manusia yang bergantung padanya.

Etnobotani memberikan pemahaman tentang penggunaan tanaman secara tradisional. Kajian ini memberikan informasi tentang kegunaan tanaman, baik yang tidak diketahui maupun yang telah diketahui. Data etnomedisinal akan menjadi sumber informasi yang berguna bagi ahli kimia, farmakologis dan praktisi jamu.

Richard Evans Schultes (1915–2001) adalah seorang ahli biologi Amerika, dapat dianggap sebagai Bapak Etnobotani modern. Ia meneliti tanaman etnogenik atau halusinogen, khususnya di Meksiko dan Amazon.

    

Baca Juga: Selidik Jalur Rempah, Jaringan Dagang dan Dakwah Islam di Nusantara

Baca Juga: Obat Herbal Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Berasal Dari Manggis

Baca Juga: Dianggap Sebagai Tanaman Pengganggu, Daun Patikan Kebo Ternyata Punya Banyak Manfaat

  

Sampai saat ini di Indonesia terdapat dua universitas yang memfasilitasi studi dan kajian di dalam bidang etnobotani, yaitu Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Dalam perjalanannya banyak studi kasus dan fenomena yang dapat dijadikan sebagai dasar penelitian dan tindakan atas dasar pemahaman atas kajian etnobotani. Salah satunya, penanaman tanaman buah potensial yang dilakukan oleh petani di daerah aliran sungai atau DAS ciliwung.