Perubahan Iklim, Rusia Bagian Asia Bisa Layak Huni pada Akhir Abad 21

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 12 Maret 2022 | 12:00 WIB
Siberia beriklim dingin dan sulit untuk ditinggali karena dekat dengan kutub utara. (Shamil Zhumatov/Reuters)

Nationalgeographic.co.id - Secara keseluruhan, luas Rusia sebagai negara dengan luas wilayah terbesar di dunia adalah sekitar 17 juta kilometer persegi. Lebih dari separuhnya, atau sekitar 13 juta kilometer persegi, wilayah tersebut berada di Benua Asia. Menariknya, meski wilayah Rusia bagian Asia sangat luas, tapi sekitar 75 persen penduduk Rusia tinggal di wilayah Rusia bagian Eropa.

Hanya sebagian kecil penduduk Rusia yang tinggal di wilayah Rusia bagian Asia atau yang disebut Siberia. Hal itu karena kondisi lingkungannya yang sulit untuk ditinggali. Wilayah Siberia beriklim dingin karena dekat dengan kutub utara.

Wilayah Siberia membentang dari timur Ural menuju Pasifik. Sebagian besar penduduk yang mendiami wilayah tersebut terkonsentrasi di sepanjang hutan-stepa di selatan, dengan iklimnya yang nyaman dan tanah yang subur.

Sekarang, penelitian terbaru dari Krasnoyarsk Federal Research Center, Rusia, dan National Institute of Aerospace, AS, mengungkap bahwa wilayah tersebut mungkin dapat layak huni di akhir abad ke-21. Hal itu dapat terjadi karena perubahan iklim, berdasarkan hasil skenario iklim saat ini dan prediksi dari simulasi yang dikembangkan para peneliti.

Penelitian tersebut bertujuan untuk memeriksa kenyamanan iklim Rusia Asia dan mencari tahu potensi pemukiman manusia sepanjang abad ke-21. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di Environmental Research Letters dengan judul "Assessing landscape potential for human sustainability and 'attractiveness' across Asian Russia in a warmer 21st century".

Penulis utama studi tersebut, Dr. Elena Parfenova, dari Krasnoyarsk Federal Research Center mengatakan, bahwa migrasi manusia sebelumnya telah dikaitkan dengan perubahan iklim. "Saat peradaban mengembangkan teknologi yang memungkinkan mereka untuk beradaptasi, manusia menjadi kurang bergantung pada lingkungan, terutama dalam hal iklim," kata Parfenova dalam rilis IOP Science.

"Kami ingin belajar apakah perubahan iklim di masa depan dapat menyebabkan bagian Rusia Asia yang kurang ramah menjadi lebih layak huni bagi manusia."

Siberia beriklim dingin menjadikannya tidak ramah untuk ditinggali. (Pinterest)

Untuk analisis mereka, tim menggunakan combination of 20 general circulation models (Proyek Interkomparasi Model Berpasangan Fase 5) dan dua CO2 skenario Representative Concentration Pathway. RCP 2,6 mewakili perubahan iklim ringan dan RCP 8,5 mewakili perubahan yang lebih ekstrem.

Mereka menerapkan cara kolektif suhu Januari dan Juli dan curah hujan tahunan dari dua skenario ke Rusia bagian Asia. Tujuannya untuk menemukan efeknya masing-masing pada tiga indeks iklim yang penting bagi mata pencaharian dan kesejahteraan manusia.

"Kami menemukan peningkatan suhu dari 3,4 derajat celcius (RCP 2,6) menjadi 9,1 derajat celcius (RCP 8,5) pada pertengahan musim dingin; peningkatan dari 1,9 derajat celcius (RCP 2,6) menjadi 5,7 derajat celcius (RCP 8,5) pada pertengahan musim panas, dan peningkatan curah hujan dari 60 mm (RCP 2.6) menjadi 140 mm (RCP 8.5)," jelas Parpenofa.

Baca Juga: Pesan-pesan dari Budaya Kuno Tashtyk nan Misterius di Rusia Timur Jauh