Baca Juga: Celana dan Sepatu Bot, Simbol Barbarisme di Zaman Romawi Kuno
Meskipun toga dapat dianggap sebagai 'pakaian nasional' Roma, pada akhirnya toga tidak digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Salah satu alasan karena ketidakpraktisannya. Sebagai contoh seiring berjalannya waktu, panjang toga bertambah dari 3,7 meter menjadi 4,8-5 meter.
Hal tersebut menjadikannya pakaian yang sangat rumit, terutama bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan aktif. Selain itu, sebagai pakaian wol, itu besar dan panas yang tidak akan nyaman dipakai selama musim panas.
Seperti sudah disinggung sebelumnya, para wanita di sana awalnya juga mengenakan toga. Namun, akhirnya tidak menggunakan toga lagi, satu-satunya kelas wanita yang diizinkan, atau bahkan mungkin dipaksa, mengenakan toga adalah pelacur kelas atas dan wanita yang diceraikan karena perzinahan. Oleh karena itu, ketika dikenakan oleh para wanita ini, toga menjadi simbol aib.
Lantas, apa pakaian wanita Roma pada masa itu? Wanita Roma yang terhormat diharapkan memakai stola yang merupakan padanan wanita dari toga. Seperti toga, ini adalah pakaian luar dan dikenakan di atas tunik.
Berbeda dengan toga, stola diatur oleh aturan yang lebih sedikit. Misalnya, berbagai jenis toga dimaksudkan untuk mencerminkan perbedaan status pemakainya, stola hanya dimaksudkan untuk mencerminkan satu status, yaitu status perkawinan pemakainya.
Stola memiliki berbagai warna dan dekorasi, meskipun ini tidak memiliki nilai simbolis tertentu yang melekat padanya dan merupakan masalah preferensi pribadi. Selain itu, wol dan linen adalah kain yang biasa digunakan untuk membuat stola, sutra juga bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mampu membelinya.