Mengenal Ragam Toga dan Stola, Pakaian Khas Orang Romawi Kuno

By Maria Gabrielle, Minggu, 13 Maret 2022 | 07:00 WIB
Gambaran penggunaan toga oleh orang Romawi kuno. (Erica Guilane-Nachez / Adobe)

Nationalgeographic.co.id - Pada zaman dahulu pakaian dapat mencerminkan status pemakainya. Pada zaman Romawi kuno, toga dapat dikatakan sebagai pakaian paling terkenal. Awalnya, toga bisa digunakan pria maupun wanita. Namun, seiring berjalannya waktu toga digunakan secara eksklusif oleh pria, sementara para wanita menggunakan stola.

Dilansir dari Ancient Origins, toga adalah jubah yang dikenakan oleh orang Romawi sebagai pakaian luar. Meski asal-usul toga tidak pasti, orang Romawi diketahui mengadopsinya dari Etruria. Dalam karya seni Etruria, misalnya, toga dapat dilihat sebagai satu-satunya penutup tubuh.

Orang Romawi awalnya mengenakan toga saja, kemudian mereka mengenakan tunik di bawahnya. Toga secara tradisional terbuat dari wol, sedangkan tunik di bawahnya biasanya terbuat dari linen.

Ada banyak pertanyaan tentang toga yang belum terjawab karena keterbatasan informasi saat ini. Misalnya, bentuk pasti dari toga. Beberapa penulis kuno melaporkan bahwa toga, dalam beberapa hal, adalah sepotong pakaian bundar. Sedangkan yang lain menyatakan bahwa itu berbentuk setengah lingkaran.

Ada juga pertanyaan tentang cara memakai toga yang berubah seiring berjalannya waktu. Cara memakai toga paling awal diketahui sederhana. Berdasarkan tulisan-tulisan para penulis kuno, serta patung-patung Romawi yang mengenakan toga, para ahli mampu merekonstruksi cara pakaian ini dipakai, meskipun tanpa kepastian yang mutlak.

Toga sendiri terdiri dari berbagai jenis, dimaksudkan untuk mewakili status sosial pemakainya. Diketahui ada enam jenis utama toga, pertama adalah toga pura, terbuat dari wol alami, tidak diwarnai dan dapat dikenakan oleh setiap laki-laki masyarakat Romawi.

Kedua adalah toga praetexta, jenis ini memiliki warna ungu kemerahan pada bagian tepi yang ditenun pada pakaian tersebut. Toga praetexta dikenakan oleh hakim, freeborn youths, dan beberapa pendeta.

Ketiga ada toga dengan warna gelap atau yang dikenal sebagai toga pulla, dikenakan oleh mereka yang berkabung. Selanjutnya ada toga candida, pada dasarnya ini adalah toga pura yang diputihkan dengan kapur. Toga candida digunakan oleh mereka yang menjadi calon penjabat.

Dari lukisan di Pompeii ini terlihat penggunaan toga picta dalam acara pesta kemenangan. (Wikimedia Commons)

Untuk para elit, kala itu mereka menggunakan toga trabea yang bagian pinggirnya berwarna ungu. Terakhir ada toga paling mewah yaitu toga picta. Berbeda dengan toga lainnya, jenis ini memiliki desain di atasnya, tidak hanya diwarnai tetapi juga disulam dan dihias. Toga picta disediakan untuk acara-acara khusus, misalnya untuk para jenderal yang merayakan kemenangan.

Baca Juga: Larangan Aneh Romawi Kuno, Rakyat Jelata Dilarang Kenakan Pakaian Ungu

 Baca Juga: Mu'umu'u: Pakaian Kuno Hawaii yang Terus Dilestarikan Bangsanya

 Baca Juga: Celana dan Sepatu Bot, Simbol Barbarisme di Zaman Romawi Kuno

Meskipun toga dapat dianggap sebagai 'pakaian nasional' Roma, pada akhirnya toga tidak digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Salah satu alasan karena ketidakpraktisannya. Sebagai contoh seiring berjalannya waktu, panjang toga bertambah dari 3,7 meter menjadi 4,8-5 meter.

Hal tersebut menjadikannya pakaian yang sangat rumit, terutama bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan aktif. Selain itu, sebagai pakaian wol, itu besar dan panas yang tidak akan nyaman dipakai selama musim panas.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, para wanita di sana awalnya juga mengenakan toga. Namun, akhirnya tidak menggunakan toga lagi, satu-satunya kelas wanita yang diizinkan, atau bahkan mungkin dipaksa, mengenakan toga adalah pelacur kelas atas dan wanita yang diceraikan karena perzinahan. Oleh karena itu, ketika dikenakan oleh para wanita ini, toga menjadi simbol aib.

Lantas, apa pakaian wanita Roma pada masa itu? Wanita Roma yang terhormat diharapkan memakai stola yang merupakan padanan wanita dari toga. Seperti toga, ini adalah pakaian luar dan dikenakan di atas tunik.

Berbeda dengan toga, stola diatur oleh aturan yang lebih sedikit. Misalnya, berbagai jenis toga dimaksudkan untuk mencerminkan perbedaan status pemakainya, stola hanya dimaksudkan untuk mencerminkan satu status, yaitu status perkawinan pemakainya.

Stola memiliki berbagai warna dan dekorasi, meskipun ini tidak memiliki nilai simbolis tertentu yang melekat padanya dan merupakan masalah preferensi pribadi. Selain itu, wol dan linen adalah kain yang biasa digunakan untuk membuat stola, sutra juga bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mampu membelinya.