Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi

By Galih Pranata, Selasa, 15 Maret 2022 | 14:00 WIB
Hemlock digunakan untuk para terpidana. Kasus yang paling terkenal adalah hukuman mati Socrates. Servius Tullius, memutuskan bahwa siapa pun yang tidak berpartisipasi dalam sensus akan dijual sebagai budak atau yang lebih buruk, hukuman mati! (Jacques-Louis David/Met Museum)

Nationalgeographic.co.id—Pajak menjadi hal yang paling utama dan memainkan peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan Romawi, sebagai negara terkuat di Eropa kala itu.

"Mengambil bagian dalam sensus Romawi adalah wajib karena negara membutuhkan catatan lengkap properti warga negara untuk keperluan pajak," tulis Shusma Malik dan Caillan Davenport.

Mereka menulisnya kepada The Conversation dalam artikelnya yang berjudul Mythbusting Ancient Rome: cruel and unusual punishment, dipublikasikan pada 17 Januari 2018.

Menurut sejarawan abad pertama sebelum masehi, Dionysius dari Halicarnassus, raja keenam Roma yang bernama Servius Tullius, memutuskan bahwa siapa pun yang tidak berpartisipasi dalam sensus akan kehilangan harta benda mereka dan dijual sebagai budak atau yang lebih buruk, hukuman mati!

Dionysius menulis berabad-abad setelah pemerintahan raja keenam, dan Servius Tullius mungkin merupakan bagian dari tokoh fiksi atau tokoh ahistoris dalam sastranya.

Hukuman bagi para prajurit Romawi. (Wikimedia Commons)

Sezaman dengan Dionysius, Titus Livius atau yang dikenal dengan Livy, sejarawan kuno itu mencatat hukuman yang berbeda yang ditujukan bagi warga sipil Romawi yang tidak mendaftarkan diri dalam sensus penduduk akan diancam dengan penjara dan hukuman mati.

"Meskipun Livy telah mencatat sejumlah hukuman-hukuman yang kejam dan unik, ia tidak menyertakan contoh kasus yang tercatat dari salah satu hukuman yang diberlakukan," tambahnya.

Sejarawan kuno lainnya, Peter Brunt, telah mengusulkan bahwa hukuman ini mungkin dilakukan karena orang Romawi selalu muncul untuk didaftarkan sebagai upaya guna memastikan bahwa hak-hak mereka sebagai warga negara akan dijamin.

Perlu dicatat, bagaimanapun -dalam catatan sejarawan kuno, baik Dionysius maupun Livy- tidak menyebut adanya undang-undang tentang hukuman itu, apakah masih digunakan pada zaman mereka sendiri.

   

Baca Juga: Alih-alih Damai, Penikaman Julius Caesar Sebabkan Rebutan Kuasa Romawi

Baca Juga: Kisah Augustus, Kaisar Romawi yang Merupakan Anak Angkat Julius Caesar

Baca Juga: Mengenal Ragam Toga dan Stola, Pakaian Khas Orang Romawi Kuno

  

Mereka berkesimpulan bahwa hukuman yang keras mungkin mencerminkan konsepsi kekejaman di masa awal Roma, daripada realitas sejarah mana pun. Itu juga berfungsi untuk memberi efek jera bagi penduduk yang menghindari dari sensus.

Pengacara dan politisi terkenal sekaliber Cicero, menyatakan dalam tulisannya bahwa satu orang, Publius Annius Asellus, memutuskan untuk tidak hadir dalam sensus untuk menghindari hukum waris. Namun, Cicero tidak dapat menyimpulkan akan hukuman apa yang dijatuhkan kepada Publius.

"Pemerintah Romawi memiliki masalah yang lebih besar karena mereka jarang dapat melakukan sensus secara efektif pada abad pertama SM," ungkap Malik dan Davenport.

Selain itu, jika seseorang berperang di luar negeri, tinggal di luar Italia, atau tidak dapat bepergian karena kemiskinan yang parah, orang Romawi yang bertanggung jawab bisa sangat lunak menerima akan hal itu.

Hukuman perbudakan sensus, kekuasaan ayah, dan hukuman penjara mencerminkan konsepsi Romawi sendiri tentang nenek moyang mereka dan gagasan bahwa pihak berwenang harus menjatuhkan hukuman keras untuk mencegah pelanggar.

Seperti yang ditunjukkan oleh kasus pembunuhan massal, versi yang kita kenal sekarang sering kali merupakan kumpulan sumber dari periode yang berbeda yang dikumpulkan untuk menciptakan satu hukuman khusus yang tampaknya benar-benar terjadi dan khas bagi Romawi.