Baca Juga: Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi
Decimatio menjanjikan kualitas dan mentalitas baja tentara Romawi yang tak gentar dengan darah dan kematian, serta loyalitas mereka yang diberikan kepada negara.
Contoh dari penerapan hukuman ini telah digunakan oleh Kaisar Marcus Licinius Crassus pada tahun 71 SM, selama pemberontakan Spartacus. Akibatnya, sekitar 50 tentara meninggal setelah decimatio dari seluruh kelompok.
Julius Caesar juga menggunakan ancaman dengan hukuman decimatio kepada para legiun ke-9 selama perang dengan Pompey untuk menyeleksi pasukan dari para pengecut dan pemberontak.
Sejarawan kuno Romawi bernama Plutarch, menggambarkan kegeraman Kaisar Antonius selama perang dengan Parthia pada tahun 36 SM.
"Antony sangat marah dan menerapkan hukuman yang dikenal sebagai decimatio pada mereka yang kehilangan keberanian. Apa yang dia lakukan adalah membagi semuanya menjadi kelompok sepuluh, dan kemudian dia membunuh satu dari setiap kelompok, yang dipilih dengan undian," ungkap Plutarch.
Pada tahun 39 SM, Domitius Calvinus –sebagai gubernur di Spanyol– melakukan peperangan melawan suku-suku Iberia. Dalam salah satu pertempuran, seorang perwira tinggi terbunuh, yang ternyata karena rasa pengecutnya para perwira yang berada di bawahnya.
"Calvinus memutuskan untuk memusnahkan para perwira pengecutnya melalui decimatio selama dua abad, pada akhirnya menghasilkan perwira terpenting dalam primus pilus Vibilius," lanjutnya.
Decimation juga terus dilakukan hingga tahun-tahun setelah masehi. Kaisar Macrinus, yang memerintah pada tahun 217-218 M, memperkenalkan bentuk decimatio yang lebih ringan, yakni centesimatio—membunuh setiap prajurit keseratus.