Decimatio: Hukuman bagi Prajurit Romawi yang Pengecut dalam Peperangan

By Galih Pranata, Kamis, 17 Maret 2022 | 11:00 WIB
Decimatio dilakukan oleh 9 tentara untuk menghukum salah satu tentaranya yang pengecut atau memberontak. (Imperium Romanum)

Nationalgeographic.co.id—Bagaimana jadinya jika kekaisaran sebesar Romawi yang dikenal memiliki armada perang terkuat, ternyata memiliki segelintir tentara pengecut atau penakut?

Decimation atau decimatio adalah salah satu hukuman paling terkenal dan keras yang digunakan terhadap sekelompok tentara pengecut atau pemberontak di antara tentara Romawi.

"Unit yang dihukum untuk dihukum dan dihancurkan (misalnya satu kohor) dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari sepuluh tentara," tulis Imperium Romanum dalam artikelnya pada laman resminya.

Imperium Romanum menerbitkan artikel berjudul Decimation – severe punishment in Roman army, dipublikasikan pada 28 April 2020.

"Mereka yang pengecut atau juga yang memberontak, akan dibunuh oleh sembilan temannya dengan dirajam atau dipukul dengan tongkat hingga mati (disebut fustuarium)," imbuhnya.

Tidak hanya seorang legiuner berpangkat tinggi saja yang akan memukuli tentaranya yang pengecut, tapi juga dilakukan sebuah undian, sehingga perwira sekalipun dapat turut sebagai algojo.

Hukuman decimatio ditujukan sebagai perampingan pasukan Romawi akibat desersi selama pertempuran dengan Volsci.

Titus Livy menyebutkan hal ini dalam karyanya Ab urbe condita (II.59), yang mengungkap bahwa decimatio mulai diberlakukan pada tahun 471 SM setelah pertempuran dengan Volsci.

"Hanya tentara terkuat dan pemberanilah yang akan terus jadi bagian dalam peperangan Romawi," tambahnya.

    

Baca Juga: Hujan Menjadi Salah Satu Alasan Mengapa Pemimpin Romawi Dibunuh

Baca Juga: Jatuhnya Kekaisaran Romawi, Kenapa Lebih Cepat daripada Bizantium?

Baca Juga: Hukuman Mati Bagi Warga yang Menghindari Sensus Penduduk di Romawi

    

Decimatio menjanjikan kualitas dan mentalitas baja tentara Romawi yang tak gentar dengan darah dan kematian, serta loyalitas mereka yang diberikan kepada negara.

Contoh dari penerapan hukuman ini telah digunakan oleh Kaisar Marcus Licinius Crassus pada tahun 71 SM, selama pemberontakan Spartacus. Akibatnya, sekitar 50 tentara meninggal setelah decimatio dari seluruh kelompok.

Julius Caesar juga menggunakan ancaman dengan hukuman decimatio kepada para legiun ke-9 selama perang dengan Pompey untuk menyeleksi pasukan dari para pengecut dan pemberontak.

Sejarawan kuno Romawi bernama Plutarch, menggambarkan kegeraman Kaisar Antonius selama perang dengan Parthia pada tahun 36 SM.

Ketika curah hujan rendah, tentara Romawi — yang bergantung pada hujan untuk menyirami tanaman yang ditanam oleh petani lokal — akan kelaparan. (Lionel Royel/Musée Crozatier)

"Antony sangat marah dan menerapkan hukuman yang dikenal sebagai decimatio pada mereka yang kehilangan keberanian. Apa yang dia lakukan adalah membagi semuanya menjadi kelompok sepuluh, dan kemudian dia membunuh satu dari setiap kelompok, yang dipilih dengan undian," ungkap Plutarch.

Pada tahun 39 SM, Domitius Calvinus –sebagai gubernur di Spanyol– melakukan peperangan melawan suku-suku Iberia. Dalam salah satu pertempuran, seorang perwira tinggi terbunuh, yang ternyata karena rasa pengecutnya para perwira yang berada di bawahnya.

"Calvinus memutuskan untuk memusnahkan para perwira pengecutnya melalui decimatio selama dua abad, pada akhirnya menghasilkan perwira terpenting dalam primus pilus Vibilius," lanjutnya.

Decimation juga terus dilakukan hingga tahun-tahun setelah masehi. Kaisar Macrinus, yang memerintah pada tahun 217-218 M, memperkenalkan bentuk decimatio yang lebih ringan, yakni centesimatio—membunuh setiap prajurit keseratus.