Choumiryou: Bumbu Resep Di Balik Masakan-Masakan Jepang yang Sehat

By Ratu Haiu Dianee, Rabu, 16 Maret 2022 | 15:00 WIB
Sushi. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Orang-orang Jepang memiliki resep bumbu sederhana yang biasanya menjadi andalan mereka dalam proses memasak masakan setiap harinya. Hal ini menjadi salah satu cara mereka dalam berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan kesehatan tubuh mereka. Dengan mengonsumsi makanan yang dimasak dengan bumbu dasar mereka, dapat memberikan dampak umur yang pajang.    

Dari data Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang, menunjukkan bahwa harapan hidup rata-rata orang Jepang. Pada 2019, angka harapan hidup untuk wanita adalah 87,45 tahun, sedangkan untuk pria adalah 81,41 tahun. Pada hasil pendataan setiap 7 hingga 8 tahun sekali, harapan hidup orang-orang di Jepang meningkat.

Dalam mengonsumsi makanan sehat sehari-hari, orang-orang Jepang tentunya menggunakan bumbu-bumbu dasar pilihan khas penduduknya.

Choumiryou dasar memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan orang Jepang, sehingga harapan hidup orang Jepang menjadi tinggi,” tulis Sriwahyu Istana Trahutami.

Trahutami menulis jurnalnya dengan judul “Choumiryou dan Harapan Hidup Orang Jepang” yang diterbitkan oleh Endogami Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi tahun 2019.

Menurut risetnya, Choumiryou merupakan bumbu dasar yang digunakan oleh orang-orang Jepang dalam memasak masakan sehari-hari mereka. Choumiryou atau orang Jepang sering menyebutnya dengan choumiryou no sashisuseso yang berarti bumbu sashisuseso.

Bumbu sashisuseso ini ternyata memiliki kepanjangan arti yang terdiri dari sa (satou) atau gula, shi (shio) atau garam, su atau cuka, se (shouyu) atau saus kedelai, dan so atau miso.

“Kelima bumbu dasar Jepang tersebut pada zaman dahulu wajib untuk ditambahkan ke dalam masakan secara berurutan, namun seiring perkembangan zaman dan makin bervariasinya masakan Jepang, bumbu-bumbu tersebut minimal salah satunya wajib untuk ditambahkan pada setiap masakan Jepang. Bahkan orang Jepang merasa jika salah satunya tidak dimasukkan dalam olahan masakan, dirasa ada yang kurang lengkap dalam cita rasanya,” jelas Trahutami.

    

Bagaimana Peran Penting dari Masing-Masing Bumbu Sashisuseso?

Di setiap bumbu Choumiryou memiliki peranan dengan ciri khas rasa yang berbeda-beda. Seperti satou atau gula yang biasa digunakan orang-orang Jepang dalam membuat kue.  

Sifat gula yang dianggap proses penyerapannya lama ke dalam masakan dibandingkan dengan bumbu lain menyebabkan bumbu ini yang pertama kali harus ditambahkan. Mungkin, sebagian orang asing akan beranggapan mengapa banyak kue di Jepang memiliki rasa yang terlalu manis karena selalu menggunakan gula.

Namun dalam tradisi minum teh atau sadou, kue Wagashi awalnya dinikmati bersama teh yang pahit sebagai makanan ringan mereka. Hal ini bertujuan untuk menetralisir rasa pahit pada teh atau sadou yang diminum.

Kemudian bumbu shio atau garam yang digunakan dalam proses memasak untuk mengeluarkan kandungan air dalam masakan. Garam yang ditambahkan setelah gula untuk menghindari masakah agar tidak mengeras dan mempercepat penyerapan gula.

Pada makanan onigiri, garam ditaburkan di atas nasi sebelum dicampur dan dikepalkan bersamaan dengan nori serta lauk protein seperti tuna, salmon, dan ayam untuk menghilangkan rasa hambar pada nasi.

Sashimi Ikan Aji | KOMPAS/SARIE FEBRIANE (Editor)
Bumbu su atau cuka biasanya ditambahkan pada masakan Jepang yang menjelang matang. Di Jepang memiliki berbagai macam cuka seperti kokumotsusu, komesu, dan junmaisu. Pada makanan sushi, cuka digunakan sebagai anti bakteri yang terdapat di bahan mentah, sedangkan pada Namasu, cuka digunakan sebagai saus cuka.  

Dipercaya juga, dengan mengonsumsi cuka apel dapat membuat tubuh menjadi langsing dan memiliki badan yang ideal.

“Bahkan telah menjadi kebiasaan masyarakat Jepang untuk sarapan dengan masakan yang berbahan fermentasi, salah satunya adalah penambahan cuka dalam menu sarapan. Menu sarapan unik orang Jepang juga dipercaya sebagai salah satu faktor yang menyebabkan orang Jepang jarang mengalami obesitas,” terang Trahutami pada jurnalnya.  

Kemudian dengan bumbu shouyu atau kecap Jepang yang terbuat dari fermentasi kedelai, tepung, dan garam yang selalu dihidangkan bersama dengan yakiniku, sushi, dan sashimi. Berbeda rasa dengan kecap Indonesia, shouyu memiliki rasa yang tak hanya asin dan manis, namun terdapat rasa gurih, manis, pahit, dan asam atau disebut dengan rasa umami.

Menurut riset Trahutami, dengan mengonsumsi kedelai dipercaya dapat menjaga kesehatan jantung, menurunkan kolesterol, dan mencegah kanker payudara.

Bumbu terakhir adalah miso yang terbuat dari bahan fermentasi rebusan kedelai, beras, dan garam. Miso adalah bumbu yang terakhir ditambahkan ke dalam masakan karena aromanya yang mudah hilang.

Dengan mengonsumsi miso, dapat menjaga kesehatan jantung, usus, mencegah pertumbuhan sel kanker, dan memperkuat tulang.

“Masyarakat Jepang terbiasa mengonsumsi sup miso sebagai sarapan pendamping nasi dan lauk. Sup miso sengaja dihidangkan untuk menambah nafsu makan, sumber protein, dan sumber garam. Di Jepang terdapat berbagai variasi miso tergantung pada perbedaan bahan, kultur masyarakat yang membuat, serta perbedaan durasi fermentasi,” jelas Trahutami.

Tentunya, dalam mengonsumsi makanan sesehat apapun harus menyesuaikan kebutuhan tubuh agar terhindar dari gangguan gizi.