Nationalgeographic.co.id - Mikroba laut bersel tunggal yang mampu melakukan fotosintesis dan berburu serta memakan mangsanya mungkin merupakan senjata rahasia dalam perang melawan perubahan iklim saat ini.
Para ilmuwan di University of Technology Sydney (UTS) telah menemukan spesies baru yang berpotensi menyerap karbon secara alami, bahkan saat lautan menghangat dan menjadi lebih asam.
Pompa biologis adalah proses sentral dalam siklus karbon laut di mana partikel organik diekspor dari permukaan ke laut dalam.
Mikroba, sangat berlimpah di seluruh dunia, berfotosintesis dan melepaskan eksopolimer kaya karbon yang menarik dan melumpuhkan mikroba lain. Ia kemudian memakan beberapa mangsa yang terperangkap sebelum meninggalkan “mucosphere” eksopolimernya. Setelah menjebak mikroba lain, eksopolimer menjadi lebih berat dan tenggelam, membentuk bagian dari pompa karbon biologis alami laut.
Ahli biologi kelautan Dr. Michaela Larsson yang memimpin penelitian ini, telah menerbitkan hasil penelitiannya di jurnal Nature Communications pada 14 Maret 2022 berjudul "Mucospheres produced by a mixotrophic protist impact ocean carbon cycling", dan mengatakan penelitian ini adalah yang pertama menunjukkan perilaku ini.
Mikroba laut mengatur biogeokimia laut melalui berbagai proses termasuk ekspor vertikal dan penyerapan karbon, yang pada akhirnya memodulasi iklim secara global.
Dr. Larsson mengatakan bahwa sementara kontribusi fitoplankton untuk pompa karbon sudah mapan, peran mikroba lain jauh lebih sedikit dipahami dan jarang diukur. Dia mengatakan ini terutama berlaku untuk protista mixotrophic, yang secara bersamaan dapat berfotosintesis, dan mengonsumsi organisme lain.
“Kebanyakan tanaman terestrial menggunakan nutrisi dari tanah untuk tumbuh, tetapi beberapa, seperti penangkap lalat Venus, mendapatkan nutrisi tambahan dengan menangkap dan memakan serangga. Demikian pula, mikroba laut yang berfotosintesis, yang dikenal sebagai fitoplankton, menggunakan nutrisi terlarut dalam air laut di sekitarnya untuk tumbuh,” jelas Larsson, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.
“Namun, organisme dalam penelitian kami, Prorocentrum cf. balticum, adalah mixotrof, sehingga juga dapat memakan mikroba lain untuk mendapatkan nutrisi yang terkonsentrasi, seperti mengonsumsi multivitamin. Memiliki kapasitas untuk memperoleh nutrisi dengan cara yang berbeda berarti mikroba ini dapat menempati bagian laut tanpa nutrisi terlarut dan karena itu tidak cocok untuk sebagian besar fitoplankton,” terangnya.
Profesor Martina Doblin, penulis senior studi tersebut, mengatakan temuan ini memiliki signifikansi global untuk bagaimana kita melihat lautan menyeimbangkan karbon dioksida di atmosfer.
Baca Juga: Perubahan Iklim, Rusia Bagian Asia Bisa Layak Huni pada Akhir Abad 21