Mengenal Sosok Trajan, Kaisar Romawi Kuno Dengan Gelar Optimus

By Maria Gabrielle, Minggu, 20 Maret 2022 | 07:00 WIB
Patung marmer Kaisar Trajan di British Museum. (British Museum)

Nationalgeographic.co.id - Dalam sejarah Kekaisaran Romawi ada era Lima Kaisar Baik (Five Good Emperors) yang dipilih serta dilatih untuk memastikan transisi kekuasaan yang damai dan lancar. Mereka adalah Nerva, Trajan, Hadrian, Antonius Pius, dan Marcus Aurelius. Dari kelima nama ini, Kaisar Trajan mendapatkan gelar Optimus atau yang terbaik.

Dilansir dari National Geographic, Kaisar Trajan yang memerintah tahun 98 hingga 117 Masehi memperluas perbatasan kekaisaran Romawi sampai ke batas terbesarnya. Tidak hanya itu dia juga memerintah dengan kebaikan dan kemurahan yang luar biasa kepada rakyatnya.

Pemilihan Trajan sebagai kaisar oleh Nerva menjadi preseden penting bagi para penguasa Roma. Trajan adalah komandan militer dan kaisar pertama yang tidak lahir di Italia, dia lahir di Italica, Baetica (Spanyol pada masa kini). Pesan yang disampaikan saat kenaikan pangkatnya amat jelas yakni orang-orang terpelajar dan berkualitas dari seluruh kekaisaran dapat bercita-cita untuk menduduki jabatan tertinggi di negeri itu.

Trajan atau dalam bahasa Latin bernama lengkap Caesar Divi Nervae Filius Nerva Traianus Optimus Augustus ini memperluas jangkauan kekaisaran Romawi di Mesopotamia sampai ke Teluk Persia. Kendati demikian, dia lebih dikenang karena operasi militer melawan Dacia. Orang-orang Dacia sering menyerbu kota-kota perbatasan Romawi dari wilayah mereka yang kini bernama Rumania.

Pada tahun 103 Masehi, Trajan mengakhiri serangan dua tahun ke Dacia. Caranya dengan menandatangani perjanjian dengan raja Dacia, Decebalus. Hanya saja yang terjadi setelahnya orang-orang Dacia melanggar perjanjian tersebut.

Dua tahun kemudian atau tahun 105 M ketika Trajan kembali ke Dacia, dia tidak menunjukkan rasa belas kasihan. Penghancuran yang dilakukan oleh orang Romawi digambarkan dalam ukiran rumit di Tiang Trajan, Roma, setinggi 38,4 meter.

Seperempat dari 155 adegan di Tiang Trajan menggambarkan pertempuran yang terjadi kala itu. Desa-desa terbakar, tentara Romawi memegang penggalan kepala dari orang-orang yang kalah. Ketika Dacia akhirnya jatuh, Trajan membawa pulang hadiah yang mencengangkan, diperkirakan ia membawa emas dan perak masing-masing sekitar 453 kilogram.

Potret Tiang Trajan di Roma, Italia. (Wikimedia Commons)

Uang yang didapatkan dari peperangan ini digunakan dengan baik oleh Trajan di seluruh kekaisaran. Dia membangun jalan, jembatan, saluran air, dan pelabuhan dari Spanyol ke Balkan hingga Afrika Utara. Di Roma sendiri, dibangun saluran air baru yang menyalurkan air dari utara dan lain-lain.

Kepada orang-orang Romawi, pemilik nama asli Marcus Ulpius Nerva Traianus ini menunjukkan kemurahan hati yang luar biasa. Khususnya di bidang kesejahteraan sosial, Trajan meningkatkan jumlah gandum yang dibagikan kepada warga miskin. Dia membagikan hadiah uang tunai, mengizinkan provinsi-provinsi untuk menyimpan pengiriman uang emas yang biasanya akan dikirim ke kaisar dan mengurangi pajak.

 Baca Juga: Servius Tullius: Raja Romawi yang Memikirkan Nasib Rakyat Miskin

 Baca Juga: Marcus Cocceius Nerva, Kaisar Romawi Tua yang Sukses di Saat Krisis

 Baca Juga: Jika Cina Punya Tembok Besar Cina, Romawi juga Punya Tembok Hadrian

Trajan meniru temannya sejarawan Plinius Muda (Pliny the Younger) dengan memperluas dana publik, yang disebut alimenta, untuk merawat anak-anak miskin. Faktanya, Plinius sendiri yang mengabadikan beragam kebijakan dalam pemerintahan Trajan.

Salah satu dari banyak suratnya kepada kaisar bertuliskan, “semoga Anda, dan dunia melalui kemampuan Anda, menikmati setiap kemakmuran yang layak untuk pemerintahan Anda.” Dari Plinius Muda para sejarawan mengetahui kondisi Roma pada masa pemerintahan Kaisar Trajan.

Pada akhir tahun 115, Trajan nyaris tidak lolos dari bencana alam gempa bumi yang menghancurkan Antiokhia atau di masa modern Antakya, Turki. Melansir dari Britannica, setahun kemudian terjadi pemberontakan baik di wilayah yang baru ditaklukkan dan di komunitas Yahudi di beberapa provinsi bagian timur.

Trajan putus asa dan dalam kesehatan yang buruk meninggalkan Antiokhia menuju Roma. Dia meninggal dunia pada usia 64 tahun di Selindus (kini Selindi) di pantai selatan Asia kecil. Abunya dikembalikan ke Roma untuk pemakaman kenegaraan dan dikuburkan di dasar Tiang Trajan.