Nationalgeographic.co.id—Seolah-olah satu laba-laba tidak cukup buruk—bayangkan jika Anda dikejar oleh 1.000 laba-laba di jaring raksasa. Mengerikan!
Sementara sebagian besar laba-laba menjalani kehidupan soliter, namun ternyata ada sejumlah kecil spesies laba-laba yang beroperasi dalam koloni dan bekerja sama untuk menangkap serta membunuh mangsanya.
Laba-laba pemburu berkelompok ini bisa menjadi satu bagian dalam mimpi buruk Anda. Sementara sebagian besar laba-laba menikmati kehidupan menyendiri, 20 dari sekitar 50.000 spesies laba-laba yang diketahui hidup berkoloni. Satu spesies, bernama Anelosimus eximius, hidup dalam koloni yang sangat besar hingga 1.000 individu laba-laba bekerja sama untuk membangun jaring yang membentang beberapa meter.
Ketika mangsa jatuh ke jaring mereka, laba-laba sosial ini akan segera berkoordinasi dan menyerang korbannya bersama-sama, yang memungkinkan mereka untuk menjatuhkan mangsa yang jauh lebih besar daripada jika mereka berburu sendirian. Sampai sekarang, bagaimana tepatnya laba-laba ini melakukan serangan terkoordinasi seperti itu masih menjadi misteri.
Namun, sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Toulouse di Prancis menemukan bahwa laba-laba tersebut ternyata menggunakan getaran di jaring raksasa mereka untuk membuat koreografi proses berkerumun yang tersinkronisasi, demikian temuan studi tersebut.
"Apa yang fantastis adalah bahwa tidak ada peran kepemimpinan di antara laba-laba ini," tutur Raphael Jeanson, seorang peneliti di Pusat Penelitian Kognisi Hewan (CRCA) di Universitas Toulouse di Prancis dan penulis senior pada studi baru tentang arakhnida sosial ini. Sebaliknya, seluruh koloni laba-laba mengkoordinasikan serangannya dengan setiap individu yang menerima informasi yang sama.
Hasil studi yang menarik ini telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 7 Maret 2022 dengan judul A variable refractory period increases collective performance in noisy environments.
"Ketika mangsa jatuh di jaring, ini memicu pergerakan laba-laba," kata Jeanson, seperti yang dilaporkan BBC. "Tapi setelah beberapa saat, mereka semua berhenti selama beberapa milidetik sebelum mereka akhirnya mulai bergerak lagi."
Saat koloni menyerang, laba-laba turun ke mangsanya dengan menyelaraskan dua tahap gerakan: mendekati korban yang berjuang dan berdiri diam. Ini memungkinkan laba-laba untuk mengatur waktu pendekatan mereka sehingga mereka semua menyerang sekaligus. Dengan menggunakan pengamatan lapangan dan simulasi komputer dari serangan terkoordinasi ini, tim Jeanson mengetahui bahwa serangan itu hampir seluruhnya diarahkan oleh getaran di jaring secara bersamaan.
Dengan cara memikat laba-laba menggunakan lalat yang sudah mati, yang direkatkan ke ujung generator getaran, para peneliti menunjukkan bahwa perilaku berburu sebenarnya dipicu oleh perjuangan mangsa yang tak berdaya. Namun, itu tidak menjelaskan gerakan terkoordinasi dari koloni.
Baca Juga: Laba-laba Jantan Ini Tertarik pada Betina bak Planet Mengorbit Bintang
Baca Juga: Rahasia Laba-laba Membuat Jaring, Ada Kesamaan Kode di Otak Mereka
Baca Juga: Laba-laba Purba Terperangkap dalam Resin Berusia 99 Juta Tahun
Untuk itu, para ilmuwan membutuhkan model komputer. Model mengungkapkan bahwa sementara getaran mangsa mungkin memicu gerakan awal, itu adalah getaran yang dibuat oleh koloni laba-laba yang memungkinkan predator untuk mengkoordinasikan serangan mereka. Saat setiap laba-laba merasakan getaran dari mangsanya, mereka mulai berjalan. Tapi langkah ratusan laba-laba yang berkumpul pada serangga yang berjuang juga mengirimkan getaran melalui serat jaring, dan memperkeruh suara makanan yang terperangkap.
"Ini seperti ketika Anda berada di sebuah ruangan dengan orang-orang yang mengobrol. Bagi seekor laba-laba, setiap langkah yang diambilnya membuat kebisingan. Mereka kemudian harus berhenti bergerak sehingga mereka dapat mendengarkan mangsanya, untuk memastikan mereka masih menuju ke arah yang benar.” jelas Jeanson.
Semakin tenang mangsa yang berjuang, semakin sulit bagi laba-laba untuk mengoordinasikan gerakan ‘stop-and-go’ mereka. Ketika para peneliti menggetarkan jaring dan kemudian melepaskan umpannya, koloni itu merespons dengan bergerak ke arah mangsanya, tetapi kemudian setiap laba-laba harus berhenti bergerak untuk "mendengarkan" tanda-tanda menggeliat dari mangsa targetnya itu.