Setelah Kalah Melawan Lapu-lapu, ke Mana Ekspedisi Magellan Pergi?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 23 Maret 2022 | 12:00 WIB
Magellan tewas di Filipina setelah mengitari setengah dunia. Perjalanannya dilanjutkan oleh Juan Sebastian Elcano untuk mendapatkan rempah-rempah di Maluku. ()

Nationalgeographic.co.id—Dari semua kisah perjalanan Ferdinand Magellan, perjalanannya di Asia Tenggara sedikit diketahui. Saat perjalanannya di Filipina tahun 1521, ia tewas dalam serangan masyarakat setempat yang dipimpin Datu Lapu-Lapu dalam Pertempuran Mactan di Pulau Cebu.

Pertempuran itu tidak imbang. Pasukan Spanyol hanya 50 orang untuk menghadapi 1.500 prajurit Lapu-Lapu. Kekalahan ini membuat mereka harus melarikan diri untuk melanjutkan ekspedisinya.

Setelah kematian Magellan dalam pertempuran, ekspedisi ini dilanjutkan oleh Juan Sebastian Elcano agar mencapai Kepulauan Maluku dan mendapatkan rempah-rempah. Tetapi bagaimana kisah perginya kapal Magellan setelah Pertempuran Mactan hanya sedikit yang diketahui.

20 Juli 2021, sejarawan dan profesor di Palawan Studies Center (PSU) Michael Angelo Doblado mengungkapkan studinya tentang perjalanan setelah kematian Magellan di National Historical Commission of the Philippines (NHCP). Studi itu telah dikumpul ke NHCP dan belum dipublikasikan dengan judul The Palawan Landfall of the Magellan-Elcano Voyage in the Philippines.

Untuk mengungkap secara rinci tentang perjalanan ini, Doblado mengandalkan laporan dari tokoh-tokoh yang selamat dari Pertempuran Mactan yaitu Antonio Pigafetta yang merupakan penulis resmi perjalanan Magellan, Francisco Albo atau “Orang Portugis yang Tak Dikenal”, dan Gaspar Correa si Nahkoda Genoa.

Ketiga sumber ini adalah awak ini adalah yang selamat “hanya melewati Palawan” dan bisa diandalkan, menurut Doblado. Diketahui rombongan yang dipimpin Elcano itu setelah kalah meninggalkan Cebu untuk menyelamatkan diri.

“Mereka pergi ke Bohol. Dari Bohol, mereka turun ke Mindanao, lebih tepatnya berkeliling Mindanao, mereka bahkan sempat ke kota Zamboanga dan tidak punya makanan di sana,” urai Doblado, dikutip dari Palawan News.

“Dalam pandangan kami, mereka sudah bertanya di mana tempat yang punya makanan yang mengarah ke barat. Mereka menyeberang dari Zamboanga dan sampai ke Pulau Cagayan de Tawi-Tawi.”

Namun, di sela-sela perjalanan itu Doblado mendapati bahwa ekspedisi Magellan sempat singgah ke Palawan. Meski dikatakan lokasi yang diyakini secara umum adalah Brooke’s Point dan Balabac, ternyata dua tempat itu bukan pendaratan pertamanya di Palawan.

Pulau Palawan, Filipina. Kapal ekspedisi keliling dunia itu pernah singgah ke sini setelah tewasnya Magellan dalam Pertempuran Mactan di Cebu. (National Geographic Maps)

Di Palawan, Doblado memperkirakan kapal Magellan menghabiskan 66 hari dari 172 hari di Filipina. Rencananya pendaratan pertamanya adalah di Aborlan demi mendapatkan sumber makanan setelah perjalanan yang telah merenggut nyawa Magellan. Tetapi setibanya di sana mereka justru diserang oleh masyarakat etnis Tagbanua.

Sebagai tambahan, etnis Tagbanua merupakan kelompok etnis tertua di Filipina dan dianggap sebagai leluhur manusia pertama yang menetap di Filipina puluhan ribu tahun silam.

“Aborlan adalah tujuan pertama, [mereka] menurunkan jangkar, kapal itu berhenti di daerah Aborlan Dalam yang merupakan upaya pertama mereka untuk berlabuh, dan mendarat di daerah Aborlan Lama,” jelas Doblado, dikutip dari Esquire Philippine

“[Ketika] Mereka mendekati pantai seketika sekelompok penduduk asli menyerang mereka dengan tombak.” Alasan mengapa masyarakat Tagbanua mengusir rombongan Elcano, Doblado berteori bahwa mereka mencurigai mereka sebagai bajak laut penangkap budak.

  

Baca Juga: Kisah Tragis Tenggelamnya Kapal Batavia: Gerbang Kastel nan Tak Sampai

Baca Juga: Apa yang Dikatakan Arkeologi Soal Bajak Laut dan Temuan di Kedalaman

Baca Juga: Merapah Rempah: Benarkah Lapu-Lapu Membunuh Magellan? Simak Kisahnya 

Baca Juga: Gagal Lintasi Antarktika, Kisah Penyelamatan Shackleton Terus Diingat

Gagal mendapatkan makanan, mereka digagalkan lagi oleh angin musim yang keras ketika mencoba ke utara Palawan. Persediaan makanan semakin menipis sehingga mengarahkan pelayarannya ke selatan.

“Yang paling dekat agar mereka bisa berlindung adalah Bahia de las Islas atau Bay of Islands. Teluk dengan pulau-pulau, empat atau lima sebelum Pulot. Di sini mereka mencoba pendaratan pertama,” Doblado menambahkan. Pulot adalah kawasan pesisir selatan lebih jauh dari Aborlan di Pulau Palawan.

Di sana, menurut catatan Antonio Pigafetta yang dikutip Doblado, Elcano mengutus awak untuk mencari sumber makanan di daerah itu. Ternyata, utusan itu disambut baik dengan hiburan dan makanan oleh penduduk desa “yang dipimpin oleh seorang Datu Kalimantan,” terang Doblado. Di sana mereka mendapatkan pasokan makanan dengan perdagangan barter berupa beras tumbuk.

Setelah itu pelayaran dari pelabuhan ke pelabuhan dilakukan menuju Brooke’s Point yang masih tidak jauh dari Pulot. Lalu melanjutkan perjalanannya ke Kalimantan sebagaimana umumnya diketahui tentang perjalanan kapal Magellan.

“Dari Kalimantan, mereka beranjak ke Bibalon. Bibalon adalah nama lama untuk Balabac,” terang Doblado. “Dari kepulauan antara Bibalon dan Simbonbon, Bibalon mungkin adalah pulau besar Balabac yang dikenal hari ini dan Simbonobon yang delapan derajat utara dan tujuh menit (hitungan astronomi) di GPS, itu adalah Pulau Bugsok.” 

Tetapi jika ditelusuri berdasarkan nama, Simbonbon bisa merujuk pada kepulauan di Sabah, Malaysia, yang letaknya tidak jauh di selatan Balabac.

Pendaratan di Balabac tercatat dalam catatan umum mengenai perjalanan kelompok ekspedisi Spanyol itu untuk memperbaiki kapal. Tetapi karena pasokan bahan yang diperlukan untuk memperbaiki kapal minim, Doblado mengutarakan, mereka berpindah ke ujung selatan Pulau Palawan, tepatnya di Bataraza.

Pendaratan di Bataraza adalah terakhir kalinya ekspedisi keliling dunia itu di Palawan. Mereka selanjutnya berlayar menuju Mindanao dan Maluku untuk mendapatkan rempah-rempah.