Nationalgeographic.co.id—Tampaknya dari apa yang digambarkan oleh orang Romawi tentang agama Celtic bahwa orang-orang ini memang selalu disibukkan dengan peperangan.
"Perang dilakukan untuk memperoleh kekayaan, prestise, kekuasaan, tanah, dan balas dendam," tulis Mark Cartwright kepada World History dalam artikelnya berjudul "Celtic Warrior" yang publish pada 11 Februari 2021.
Prajurit Celtic dikenal karena keberanian mereka yang luar biasa dalam pertempuran, dan ini dapat dijelaskan dalam beberapa cara.
"Pertama dan terpenting, sistem kehormatan budaya Celtic berarti bahwa keberanian adalah kebajikan utama," lanjut Cartwright.
Selain itu, dalam agama Celtic, ada kepercayaan akan kehidupan setelah kematian di Dunia Lain yang dianggap seperti kehidupan ini tetapi tanpa semua elemen negatif seperti penyakit, rasa sakit, dan kesedihan. Dalam pengertian ini, tidak ada yang perlu ditakuti dari kematian.
Dilansir dari World History, beberapa prajurit Celtic memasuki pertempuran dengan kondisi telanjang yang oleh penulis Romawi disebut gaestae.
Masih menjadi pertanyaan besar di kalangan sejarawan untuk mengungkap motif dari karakter prajurit Celtic yang memilih untuk telanjang bulat dalam pertempuran.
"Mungkin mereka ingin menunjukkan kepercayaan tertinggi mereka pada kehebatan mereka dan perlindungan yang ditawarkan oleh dewa-dewa mereka," ungkapnya.
Di sisi lain, penampilan prajurit dengan telanjang bulat atau hanya mengenakan celana saja, mungkin menjadi upaya strategis sebagai cara untuk menakut-nakuti musuh.
Di Inggris, mereka memakai tato dan desain (terutama spiral) yang dilukis di tubuh mereka menggunakan woad, pewarna biru.
"Bisa juga, metode telanjang bulat bertujuan untuk lebih memamerkan status mereka di dalam suku melalui perhiasan yang mereka kenakan, atau itu adalah bagian dari identitas kelompok," terusnya.
Baca Juga: Menggantung Kepala Musuh, Cara Bangsa Celtic Kuno Rayakan Kemenangan
Baca Juga: Wanita Bangsa Celtic Terkubur Selama 2.200 Tahun dalam Peti Pohon
Baca Juga: Doktrin Druid Jadi Alasan Prajurit Celtic Tak Takut Mati dalam Perang
Ketelanjangan tersebut bahkan mungkin memiliki alasan praktis agar dapat bertarung tanpa batasan atau cara untuk memastikan luka tidak terinfeksi oleh kain kotor, salah satu masalah paling umum dalam menangani yang terluka di medan perang era kuno.
Namun, tidak semua prajurit Celtic adalah nudis—berperang dengan telanjang dada hingga telanjang bulat.
Banyak yang mengenakan tunik kasar, celana pendek, dan jubah, seringkali dengan pola kotak-kotak khas yang merupakan pendahulu dari tartan kemudian terlihat di Skotlandia dan Irlandia.
Prajurit dengan status lebih tinggi akan mengenakan perhiasan emas, perunggu, atau besi di leher dan pergelangan tangan mereka.
Banyak prajurit Celtic mengenakan kalung obor—patung Dying Gaul yang terkenal dari Museum Capitoline di Roma memakainya—dan ini kemungkinan merupakan simbol status dan kelas dalam masyarakatnya.
Torc kemungkinan juga merupakan simbolisme spiritual, tetapi mereka dengan senang hati dikumpulkan sebagai piala perang bagi musuh Celtic.
Simbol penting lainnya, sering dipakai sebagai lambang pada pelindung kepala atau sebagai desain pada baju besi dan perisai, termasuk cakram matahari atau roda, rusa jantan, kuda, anjing, gagak, banteng, dan babi hutan.