Nationalgeographic.co.id—Pada Periode Dinasti Awal, kota kuno Memphis disebut sebagai Inbu - Hedj atau 'Tembok Putih' karena dinding bata lumpur yang dicat putih dan dikatakan berkilau di bawah sinar matahari dari jarak bermil-mil.
Julukan Memphis untuk kota ini mungkin muncul pada awal Dinasti Ketiga Mesir (sekitar tahun 2670-2613 SM) ketika Djoser berkuasa.
Sebelumnya, raja-raja Mesir Kuno dimakamkan di Abydos, tetapi menjelang akhir Dinasti Kedua Mesir (sekitar tahun 2890-2670 SM) mereka dimakamkan di dekat Memphis, di Giza.
"Djoser dikatakan telah meningkatkan status kota dengan menjadikannya ibu kotanya, tetapi kota itu sudah menjadi pusat kekuasaan di Mesir sebelum masa pemerintahannya," tulis Joshua J. Mark kepada World History.
Mark menulis dalam artikelnya yang berjudul "Memphis (Ancient Egypt)" yang dipublikasikan pada 20 September 2016.
Kemungkinan besar Djoser berhasil meningkatkan prestise kota dengan memilih situs terdekat, Saqqara, untuk kompleks kamar mayat dan makam piramidanya.
Pemakaman Saqqara Utara berada di punggung bukit batu kapur yang menonjol menghadap ke lembah dan keberadaan struktur atas yang besar dan rumit akan menjadi simbol keprestisannya yang sangat mengesankan.
"Bukti pemakaman semacam itu menunjukkan bahwa Memphis adalah pusat administrasi negara bagian," ungkap Kathryn A. Bard, ahli sejarah Mesir Kuno, kepada World History.
Penggalian telah menemukan tembikar dan barang kuburan yang berasal dari Dinasti Pertama Mesir, meskipun Manetho mengeklaim bahwa Memphis tidak menjadi ibu kota sampai Dinasti Ketiga.
"Selama Kerajaan Lama, kota ini terus menjadi ibu kota. Seperti halnya, Raja Sneferu (sekitar tahun 2613-2589 SM) memerintah di kota saat ia menugaskan membangun piramida besarnya," lanjut Mark.
Sneferu menyempurnakan seni membangun piramida yang telah diprakarsai oleh wazir Djoser dan kepala arsitek Imhotep di Saqqara.
Baca Juga: Temuan Buku Catatan Peradaban Mesir Kuno, Bagaimana Bentuknya?
Baca Juga: Temuan Baru Patung Alexander Agung Ungkap Sejarah Kuno Kota Alexandria
Baca Juga: Rhinocolura, Kota Berpenghuni Manusia Tanpa Hidung di Era Mesir Kuno
Barulah pada masa pemerintahan raja Dinasti ke-6 Pepi I yang bertakhta sejak tahun 2332 SM hingga tahun 2283 SM, kota itu kemudian dikenal sebagai Memphis.
Memphis terus menjadi ibu kota selama bagian awal era yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama.
Memphis tetap menjadi ibu kota selama Dinasti ke-7 dan ke-8 dengan raja-raja mengeklaim diri mereka sendiri sebagai otoritas dan legitimasi para penguasa di Mesir Kuno.
"Kursi kekuasaan mereka di ibu kota tradisional, bagaimanapun, adalah satu-satunya aspek aturan yang mereka miliki bersama dengan raja-raja Mesir sebelumnya," tambahnya.
Namun setelahnya, Thebes menjadi ibu kota Mesir, dan monumen-monumen besar yang sebelumnya dibangun di Memphis, kemudian berdiri di kota ini.
Dinasti Ptolemeus berakhir dengan kematian ratu terakhir, Cleopatra VII, dan Mesir dianeksasi oleh Roma pada tahun 30 SM.
Alexandria, dengan pelabuhan besar dan pusat pembelajarannya, menjadi titik fokus pemerintahan Romawi di Mesir, sedang Memphis yang luhur dan sarat sejarah perlahan dilupakan.
Pada saat invasi Arab abad ke-7 M, Memphis ditemukan sudah hancur. Kuil, bangunan, tempat suci, dan tembok dibongkar dan digunakan untuk membangun kota Fustat, ibu kota pertama Muslim Mesir, serta berganti ke kota Kairo hingga hari ini.