Nationalgeographic.co.id—Sumber dari kisah hantu yang paling terkenal di Mesir kuno dikenal dari kisah Khonsemhab and The Ghost. Cerita ini berasal dari akhir Kerajaan Baru Mesir (sekitar 1570-1069 SM) dan khususnya Periode Ramesside (1186-1077 SM).
Ditemukan dalam fragmen-fragmen di ostraca (tembikar dengan tulisan di atasnya) yang menurut para sarjana seperti Georges Posener (tahun 1960 M) dan Jurgen von Beckerath (tahun 1992 M) adalah salinan dari cerita yang jauh lebih tua dari Kerajaan Tengah Mesir.
Ini masuk akal karena pandangan tradisional tentang kehidupan setelah kematian di Mesir sebagai kebebasan yang sering dipertanyakan dalam teks-teks dari era itu.
"Khonsemhab mencerminkan pandangan itu—tentang kehidupan setelah kematian—dalam karyanya mengenai percakapan dengan hantu atau makhluk halus," tulis Joshua J. Mark kepada World History.
Ia menuliskan dalam artikelnya yang berjudul "A Ghost Story of Ancient Egypt", yang dipublikasikan pada 28 Oktober 2016.
"A Ghost Story dalam ostraca itu menceritakan kisah tentang Imam Besar bernama Amun Khonsemhab dan pertemuannya dengan hantu yang gelisah akibat makamnya telah rusak," imbuh Mark.
Baca Juga: Bukan Karena Hantu, Ini Penjelasan Sains Mengapa Kita Merinding
Beberapa Ulama berbeda dalam menafsirkan teks. Beberapa mengeklaim itu adalah narasi dari penulis kisah yang menghabiskan malam di pekuburan di Thebes dan bertemu dengan roh yang marah.
Dikisahkan, setelah Khonsemhab bertemu dengan hantu yang gelisah, ia kembali ke rumahnya dan memanggil roh untuk datang kepadanya.
Khonsemhab berjanji untuk membantunya dengan membangun sebuah makam baru dan memberinya segala macam hal yang baik, dengan syarat ia harus memperkenalkan siapakah ia dan siapa namanya.
Jelas bahwa imam besar Khonsemhab sudah mengetahui masalah si hantu. Hantu itu kemudian mau mengatakan, bahwa namanya adalah Nebusemekh.
Nebusemekh mengatakan bahwa tanpa makamnya, dia akan terpapar angin musim dingin, lapar tanpa makanan dan takut ia akan segera menghilang. Itu semua dapat terjadi karena jiwanya tidak memiliki rumah untuk menampungnya.
Source | : | World History |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR