Nationalgeographic.co.id—Pulau Wonip merupakan bagian dari negara di Mikronesia yang sangat kecil dan terpencil, Chuuk.
Meski memiliki keindahan panorama yang eksotik, menurut laporan World Tourism Organisation di bawah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Chuuk adalah negara yang paling jarang dikunjungi di dunia.
"Kurang dari 19.000 pengunjung setiap tahun yang mampir ke sana dan kebanyakan dari mereka pergi ke sana untuk menyelam," tulis Master Liveboard dalam lamannya. Ia menulis dalam artikelnya berjudul Ten interesting facts about Chuuk, pada 2021.
Meskipun tak terlalu sohor di dunia internasional, Chuuk menyimpan legenda besar yang dipercaya oleh masyarakatnya, dan telah diwariskan turun-temurun. Legenda itu disebut dengan 'Wonip'.
Kisah dalam legenda, dimulai dari lima bersaudara yang tinggal di pulau Faichuuk di laguna Chuuk. "Suatu hari, ayah mereka memanggil semua anak laki-laki kepadanya dan memberi tahu mereka tentang pulau yang hilang di dekat Faichuuk," kisahnya.
Ayahnya berpesan bahwa kelak, mereka harus mencarinya. Pasca mangkatnya sang Ayah, semua anaknya bertekad untuk dapat menemukan pulau yang hilang tersebut. Selama tiga hari mereka mencarinya, tetapi tak kunjung menemukannya.
Sampai pada akhirnya, mereka menyerah, menganggap bahwa pulau yang dikisahkan ayahnya hanyalah dongeng dan imajinasi belaka. Namun, tidak bagi saudara bungsunya.
Anak bungsu itu tetap penasaran, bertekad kuat untuk dapat menemukan pulau yang telah dikisahkan ayanya tersebut. "Ia mempercayai ayahnya dan ia mulai berlayar sendiri untuk mencari pulau itu," terusnya.
Setelah menempuh jarak yang cukup dekat (menurut cerita ayahnya), ia melihat seekor hiu putih besar sedang membawa sampan menghampiri dirinya. Seolah hiu itu ingin menunjukkan sesuatu.
Bagi masyarakat Chuuk, hiu dalam legenda itu dianggap sebagai jelmaan ayah dari putra bungsunya. "Anak itu meyakini bahwa hiu itu merupakan ruh dari mendiang ayahnya," ungkapnya.
Setelah memberikan sampan, hiu putih itu lantas menghilang ke dasar laut dan tak muncul lagi. Lekas-lekas sang anak bungsu itu menurunkan layar dan menjatuhkan jangkarnya di tempatnya menerima sampan.
Source | : | Master Liveboard |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR