Ketika Homoseksualitas di Romawi Kuno Jadi Sebuah Status Sosial

By Hanny Nur Fadhilah, Sabtu, 9 April 2022 | 13:00 WIB
The Warren Cup, dihiasi dengan relief-relief berornamen tindakan sesama jenis, (Public Domain)

Dalam kasus yang lebih ekstrem, seorang puer delicatus akan dikebiri dan didandani dengan pakaian feminin. Ini adalah upaya aneh dan kotor untuk melestarikan kualitas muda dan memperpanjang daya tarik feminin dan pasif pada anak-anak dan laki-laki muda.

Bahkan Kaisar Nero yang terkenal (54 hingga 68 M) memiliki puer delicatus bernama Sporus, seorang pemuda yang dikebirinya dan konon mengenakan pakaian resmi, yang biasanya hanya untuk permaisuri Romawi. Sumber percaya dia kemudian menikahi Sporus setelah kematian istrinya Poppaea Sabina.

Perubahan agama dan undang-undang baru melawan homoseksualitas

Seiring waktu, sikap terhadap tindakan sesama jenis mulai berubah, seperti halnya identitas agama Kekaisaran. Dewa-dewa pagan politeistik, digantikan oleh agama baru Kristen yang monoteistik dan pengaruhnya menyebar ke seluruh dunia klasik.

Pada abad ke-4 M, larangan hukum terhadap praktik homoseksualitas, yang dianggap “bertentangan dengan alam”, dikriminalisasi oleh Kaisar Kristen sebagai bagian dari hukum Romawi yang baru. Pada tahun 390 M, homoseksualitas dinyatakan ilegal di seluruh kekaisaran untuk setiap orang Romawi yang lahir bebas di bawah kutukan pembakaran.