Nationalgeographic.co.id - Jarang ada kabar tentang Pluto, planet kerdil di ujung tata surya nun jauh, ada kabar terbaru tentang pengamatan permukaannya. Lanskap terbaru diungkap lewat makalah di jurnal Nature Communications, Selasa 29 Maret 2022.
Tim penulisan makalah yang terdiri dari 25 orang itu dipimpin oleh Kelsi Singer dari Southwest Research Institute, AS. Mereka menemukan ada lanskap yang dibentuk oleh gunung berapi yang belum pernah dilihat sebelumnya di tata surya. Lokasi tepatnya berada di barat daya kawasan Sputnik Planitia, Pluto, yang dipenuhi banyak lumpur meletus dari bawah permukaan Pluto, dan menjadi pegunungan es tingginya mencapai tujuh kilometer.
"Salah satu daerah dengan kawah tumbukan yang sangat sedikit didominasi oleh tanjakan besar dengan sisi berbukit kecil. Fitur serupa tidak ada di tempat lain di tata surya yang pernah dicitrakan," tulis mereka.
Petunjuk pertama terkait gunung berapi es ini terdeteksi di Pluto pada 2015 dan disebut sebagai kryovolkanisme, terang tim. Saat itu wahana antariksa New Horizons melakukan penerbangan yang cukup dekat dengan 'mantan planet' ini.
Baca Juga: Tekanan Atmosfer di Permukaan Pluto 80.000 Kali Lebih Kecil dari Bumi
Baca Juga: Atmosfer Pluto Secara Perlahan Menghilang, Membeku ke Permukaannya
Baca Juga: Singkap Fakta Letusan Merapi, Alasan Mpu Sindok Memindahkan Mataram
"Keberadaan fitur masif ini menunjukkan struktur interior dan evolusi Pluto yang memungkinkan peningkatan retensi panas atau lebih banyak panas secara keseluruhan daripada yang diantisipasi sebelumnya oleh New Horizons."
Disebut dengan es dikarenakan alih-alih memiliki lava cair yang panas, ketika gunung itu meletus menghasilkan lumpur cair dari senyawa volatil seperti amonia dan metana. Saat mencapai kerak planet dan terpapar atmosfer, mereka membeku dan membentuk rangkaian lanskap permukaan. Ibaratnya, seperti lava yang perlahan membentuk gunung dan kaldera vulkanik, tetapi dalam hal ini suhunya rendah.
Mereka menyebut dua gunung berapi es di barat daya Sputnik Planita itu sebagai Wright Mons dan Piccard Mons. Keduanya adalah gundukan besar yang tampak memiliki lubang dalam di pusatnya yang sangat mirip dengan fitur vulkanik umumnya di tata surya.
Medan atau elevasi topografi area itu dianalisis oleh Singer dan tim. Mereka mengungkap rincian tentangnya dengan lebih jelas berkat pencahayaan miring pada terminator (garis yang memisahkan siang dan malam).
"Sisi Wright Mons dan sebagian besar daerah sekitarnya termasuk kenaikan besar di dekatnya menunjukkan tekstur bergelombanga atau berbukit kecil yang bervariasi dalam panjang gelombang atau skala dari beberapa hingga sekitar 20 kilometer, dengan lebar paling umum antara enam sampai 12 kilometer," terang Singer dan tim.
Singer dan tim menulis, pemandangan seperti ini belum pernah didapati oleh para ilmuwan lainnya, terutama menggali planet-planet besar di Sabuk Kuiper.
Para peneliti kemudian melakukan analisis mendalam terhadap fitur ini. Mereka menemukan bahwa medan tersebut kemungkinan masih terbentuk oleh kryovolkanisme. Fitur itu membuat Pluto memiliki medan yang unik dibandingkan yang dimiliki benda tata surya lainnya, karena lingkungannya juga berbeda, tulis tim.
Selain itu, Singer dan tim juga menemukan bahwa lanskap yang dihasilkan kryovolkanisme juga ditemukan di tepi Sputnik Planitia.
Dalam analisis mereka, pembuatan medan seperti itu akan membutuhkan beberapa titik letusan dan sejumlah material dari hasil letusan yang diperkirakan 10.000 kilometer kubik, atau dua kali lebih besar dari letusan gunung purba Toba (sekitar 5.000 kilometer kubik).
Jika hasil pembentukan medan membutuhkan letusan sebesar itu, misteri baru muncul untuk para ilmuwan. Sebab, urai Singer dan tim, perlu dipahami kedalaman Pluto untuk menghasilkan kryovolkanisme sebsar itu. Mereka menduga, bisa saja ada jaringan patahan yang mendalam di bawah medan telah tertutup oleh kryomagma yang mengalir dan mengeras.
"Rentang fitur cryovolcanic yang ditemukan di tata surya beragam. Dengan kondisi dan material permukaan yang berbeda yang ada di Pluto, sangat mungkin bahwa pergerakan material apa pun ke permukaan mungkin tidak menyerupai benda antariksa lain," tulis Singer dan tim.
"Ekstrusi material es ke permukaan benda dengan suhu yang sangat rendah, tekanan atmosfer rendah, gravitasi rendah, dan banyaknya es yang mudah menguap yang ditemukan di permukaan Pluto menjadikannya unik di antara tempat-tempat yang dikunjungi di Tata Surya." Mereka menyimpulkan, walau Pluto sangat jauh dan beku, bisa jadi statusnya jauh dari sekedar objek antariksa yang telah mati dan lembam.