Agama Sriwijaya dan Cikal Bakal Palembang di Bukit Siguntang

By Galih Pranata, Sabtu, 2 April 2022 | 09:00 WIB
Kompleks makam raja Melayu di Bukit Siguntang. (Gunawan Kartapranata/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Setinggi 26 meter dari permukaan air laut, Bukit Siguntang menjadi situs penting dalam menguak peradaban yang telah hidup selama berabad-abad lamanya di sana.

Retno Purwati Nadeak dalam jurnalnya, mengungkap tentang peranan penting situs Bukit Siguntang yang menjadi saksi kehadiran peradaban Sriwijaya dan cikal bakal lahirnya Palembang modern.

Retno menulis dalam jurnal Forum Arkeologi dengan judul "Bukit Siguntang: Peranannya dalam Agama Buddha Pada Masa Kerajaan Sriwijaya", dipublikasi tahun 2016.

Kitab Sejarah Melayu telah membuktikan eksistensi Bukit Siguntang yang bercerita tentang kehadiran Palembang adalah penggambaran dari peradaban yang hadir di sana.

"Kitab itu juga menceritakan turunnya makhluk setengah dewa ke Bukit Siguntang dan makhluk ini di kemudian hari menurunkan raja-raja puak Melayu di Sumatra dan Semenanjung Malaysia," tulis Retno.

Di kalangan para arkeolog, Bukit Siguntang dikenal sebagai situs keagamaan, karena di tempat ini ditemukan fondasi bangunan kuno yang dibuat dari bata, arca Buddha berukuran besar dari batu granit.

Selain itu juga, ditemukan beragam arca-arca buddhistis yang berukuran lebih kecil, pecahan-pecahan tembikar, dan pecahan-pecahan keramik dari masa Dinasti Tang abad ke-7-10 M.

"Dengan adanya sejumlah temuan tersebut, dapat diduga bahwa kekuasaan Kerajaan Sriwijaya berlangsung dari abad ke-7 sampai abad ke-14 Masehi," lanjutnya.

Bukit Siguntang, yang lekat dengan penemuan arkeologis, dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini merupakan situs keagamaan, khususnya agama Buddha.

Lokasi ini juga dijadikan sebagai tempat ziarah bagi para pemeluk agama Buddha di masa lalu. Peran sebagai tempat ziarah ini tampaknya terus berlanjut sampai sekarang, menjadi budaya masyarakat Palembang modern.

Situs ini juga dikaitkan dengan kelahiran raja-raja yang kemudian berkuasa di Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Patani, Thailand Selatan.

Bukit yang dipenuhi taman dan pepohonan besar ini juga dipercaya sebagai kompleks permakaman raja-raja Melayu. Pada bagian puncak bukit terdapat tujuh makam di bukit ini yang menurut penduduk lokal, dikaitkan dengan tokoh-tokoh raja, bangsawan dan pahlawan Melayu-Sriwijaya.