Meskipun mulai menjadi lumrah, para laki-laki Romawi yang membiarkan istrinya untuk turut dalam gladiator, dipandang rendah, begitupun dengan Gladiatrix tersebut.
Juvenil, sastrawan Romawi Kuno menggambarkan olok-olok yang dilontarkan pada suami dan istri sebagai Gladiatrix, "sungguh tega (para suami) membiarkan istrinya, melihat dan mendengarkan erangan dan erangannya saat dia bertarung, menangkis dan mendorong."
Tidak sedikit wanita yang terluka akibat sabetan pedang atau gigitan hewan buas, dan beberapa dari mereka tewas di arena, namun pertarungan gladiator tetap memikat para wanita dan terus dicari.
Sejumlah sponsor telah berdatangan untuk mendanai pertarungan para Gladiatrix yang menarik banyak penonton. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah dan uang dalam jumlah besar.
Sekalipun Senat di Romawi mengeluarkan Undang-Undang di tahun 11 dan 19 M, yang melarang para wanita dalam gladiator demi melindungi mereka, pertarungan gladiator wanita masih terus berlanjut.