Tradisi Ramadan dari Beragam Budaya di Seluruh Penjuru Dunia

By Sysilia Tanhati, Kamis, 7 April 2022 | 12:00 WIB
Anak-anak muda Afrika Selatan menantikan pertanda akhir Ramadan. Mereka menyebut tradisi ini sebagai 'maan keykers'. (Ashraf Hendriks/GroundUp)

Nationalgeographic.co.id—Ramadan lebih dari sekadar masa puasa. Ini merupakan bulan suci yang berakar pada budaya, iman, dan sejarah. Di seluruh dunia, umat Islam menandai momen ini dengan perayaan meriah yang unik di wilayah mereka. Biasanya, perayaan, tradisi, atau ritual ini diwariskan dari generasi ke generasi.

Bulan suci ditandai dengan tradisi bersama seperti puasa, amal dan doa, serta praktik yang bervariasi pada setiap budaya. Bagaimana Ramadan dirayakan di berbagai belahan dunia?

Ritual pembersihan menandai Ramadan di Indonesia

Di seluruh Indonesia, umat Islam melakukan ritual yang berbeda untuk 'membersihkan' diri pada hari sebelum Ramadan. Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi penyucian yang disebut padusan (berarti mandi dalam dialek Jawa). Umat Islam di beberapa tempat menceburkan diri ke mata air, merendam tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Padusan merupakan bukti sintesis agama dan budaya di Indonesia. Mata air memiliki makna spiritual yang dalam di budaya Jawa. Sehingga, ini merupakan bagian integral dari penyucian untuk bulan suci.

Tradisi ini diyakini disebarkan oleh Wali Songo, para tetua dan pemuka agama setempat memilih dan menetapkan mata air suci untuk padusan.

Tembakan meriam berbuka puasa di Lebanon

Di banyak negara di Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadan untuk menandakan akhir puasa.

“Tradisi 'midfa al iftar' ini dipercaya dimulai di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu,” tutur Kevin Whipple dilansir dari laman The Culture Trip. Pada saat itu Mesir dipimpin oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam. Ia sedang menguji Meriam saat matahari terbenam dan tidak sengaja menembakkannya.

Suara Meriam yang bergema di seluruh Kairo membuat warga berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa. Haja Fatma, putrinya, mendesak sang Ayah untuk menjadikan ini sebagai tradisi berbuka puasa.

Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.

Penjaga kota berkeliling mengumumkan sahur di Maroko